Senin, 25 November 2019
Jumat, 22 November 2019
Minggu, 17 November 2019
Sabtu, 02 November 2019
Minggu, 10 Februari 2019
Peringatan Maulud Gaya Using,
dari Serakalan sampai Dangdutan
Ditulis
: Drs. Moh. Syaiful
Jika hari sudah memasuki bulan
Maulud dalam kalender Jawa atau bulan Rabi’ul Awal dalam kalender Islam (Tahun
Hijrah) masyarakat Banyuwangi terlihat bersemangat menyambutnya. Di bulan ini
Masyarakat Banyuwangi mulai membuka tabungannya untuk memperingati dan
membesarkan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW ini. Bulan ini dianggap bulan
yang istimewa bagi masyarakat Banyuwangi.
Hampir si setiap desa dan kampung-kampung
di Banyuwangi seolah terbangun dari tidur panjangnya menyambut bulan bahagia
ini. Kegembiraan ditunjukkan dengan menyembeli binatang peliharaannya, dari
ayam, kambing bahkan adapula yang sapi atau lembu. Yang selanjutnya dagingnya
dibuat makan dan dibagikan kepada sanak saudara dan orang tua.
Masjid dan surau semua dibersihkan,
dicat atau dikapur agar nampak bersih dan indah sebab banyak kegiatan akan
dilaksanakan di Masjid dan surau-surau. Setelah dikapur atau dicat, dan
dibersihkan halamannya selanjutnya Masjid atau surau dihias dengan kertas
berwarna-warni dan tidak lupa dengan spanduk dan poster bertuliskan peringatan
Maudlud Nabi Muhammad SAW. Gambar-gambar suasana mekah juga unta dan buah kurma
menjadi setting Msajid dan Surau dalam memperingati Maulud Nabi di Banyuwangi. Sebentar lagi akan dilaksanakan arak-arakan
judhang (pohon berhiaskan bunga telur) keliling kampung.
A.
Serakalan
Setelah arak-arakan keliling
kampung/.desa, selanjutnya para pria masuk ke masjid atau surau untuk melanjutkan
kegiatan pembacaan Sholawat. Memanglah benar peringatan Maulud Nabi Muhamad di
banyuwangi tidak bisa dipisahkan dengan pembacaan Sholawat Nabi. Pembacaan
sholawat itu biasanya disebut dengan Serakalan. Serakalan sebenarnya adalah pembacaan kitab Al-Barzanji secara
bersama-sama yang menggunakan lagu atau irama yang sudah disepakati bersama.
Penamaan Serakalan diambil dari salah satu bacaan yang ada dalam kitab
Al-Barzanji tersebut yaitu Asroqol. Dalam serakalan ini isinya yaitu riwayat Nabi serta puji-pujian terhadap Nabi, sahabat lan para kerabatnya. Di sana
Al-Barzanji dibacakan bersama dengan lagu dan irama yang sudah diwariskan
secara turun-temurun. Pembacaan Al-Barzanji biasanya bersaut-sautan, ada yang
membawakannya adapula yang menjawabnya.
Ada tiga bagian dalam pembacaan
Serakalan di peringatan Maulud Nabi. Bagian
pertamaadalah bagian Dzikiran. Dalam bagian ini dimulai dengan pembacaan “Assalmualaik…”dan
seterusnya. Pembacaan Dzikiran biasanya dilakukan bersama dalm posisi duduk dan
melingkar di dalam masjid/surau. Semua lagu dan irama dibaca secara berurutan
sesuai lagu yang sudah dihafalkan semua peserta. Sama seperti “Macaan” lainnya,
Serakalan juga dibagi pada bagian
pembawa (penanya) dan penjawab. Dalam bagian dzikiran lagunya tidaklah terlalu
kaku sperti pakemnya sedikit banyak setiap daerah maupun desa mempunyai gayanya
masing-masing tetapi perubahan tadi memanglah harus telah disepakati bersama
dalam kel;ompok tersebut. Maka dari itu lagu dan irama dalam dzikiran di jaman
sekarang hamper setiap desa/kampung mempunyai lagu sendiri-sendiri. Terkadang
dalam bagian ini syair dari jawaban juga dibuat sendiri dan bahkan pula dengan
bahasa using seperti basanan using. Salah satunya seperti di bawah ini:
Mayo-mayo
podho seba
Sebane
wong pendopo
Pendopone
kanjeng nabi
Dzikiran
selawat nabi… ,
Sedangkan
jawaban dalam Al-Barzanji kurang lebih
sebagai berikut:
Sholatun
wataslemun
Waijekaf
tahiyatin
Alamun
ala illa
Hurobbusumma
sholla
Selain itu juga ada pantun dari Bahasa Melayu yang juga telah diserap dalam
serakalan :
Naik sepeda jangan
diputar
Kalo diputar rusak
rodanya
Anak muda belajar pintar
Kalo pintar mahal
harganya….
Pada bagian kedua adalah bagian “Macaan”
. Dalam bagian ini hanya ada satu yang membaca Al-Barzanji sedangkan yang lain
menyimak. Sesekali peserta lain menjawab pada bagian yang menyebut Nabi
Muhammad dengan jawaban yang sama yaitu: “Sholallahu alaiwasalam,…Salamun alaik”.
Bagian Macaan adalah bagian yang menceritakan kisa-kisah Nabi Muhamad dari
kelahiran beliau sampai saat kematiaan beliau. Disamping itu juga
riwayat-riwayat kenabian yang dialami Nabi Muhammad.
Selanjutnya dalam bagian ketiga semua
peserta Serakalan akan berdiri sambil membaca “Ya Nabi salam Alaika…”. Sikap berdiri disini dimaksudkan adalah
untuk menghormat kepada Nabi saat pembacaan Ya Nabi Salam tersebut. Masyarakat
percaya saat itulah roh Kanjeng Nabi akan dating bersama malaikat selanjutnya
akan membacakan doa bagi yang mebacakan sholawat untuk nabi. Diantara bagian dua dan bagian tiga
biasanya dipisahkan dengan jeda, dimana saat ini para peserta serakalan boleh
istirahat sebentar sambil membasuh tenggorokannya dengan air putih yang telah
ditaburi bunga. Air ini dengan keharumannya akan membrikan kesegaran bagi para
peserta yang telah bersemangat membawakan Serakalan. Selain Air bunga biasanya
juga disediakan pula air minum yaitu bir asem. Air dengan jeruk nipis dan
sedikit gula untuk memberi kesejukan pada kerongkongan para peserta Serakalan.
Bir asem ini tidaklah mesti ada jika tidak biasanya juga diganti dengan “wedang
jahe” atau “es kelapa muda”
Serakalan jika dibawakan semuanya
seperti yang ada pada kitab Al-Barzanji lamanya bisa mencapai waktu 2 jam
lebih. Tetapi di jaman sekarang lebih sering disingkat dan dipotong-potong
sehingga tidak terlalu panjang dan memakan waktu. Serakalan biasannya akan
ditutup dengan doa pada akhir rangkaiannya.
Di jaman sekarang serakalan masihlah
dilakukan oleh golongan tua. Tidak banyak anak muda yang bisa. Anak-anak muda
paling-paling hanya bisa menjawab saja dan tidak bisa membawa. Hal ini
dikarenakan mungkin terlalu banyak lagu yang harus dihafalkan . Generasi di
jaman sekarang tidaklah tertarik dengan hafalan, kata sebagian orang-orang tua
yang melakukan Serakalan.
Menurut keterang Syafi’i salah seorang
tokoh masjid di kampung Satriyan mengatakan Serakalan ini tinggal satu generasi
lagi saja yang bisa mebacakan lagu keseluruhan dalam Al-Barzanji setelah itu
mungkin kita tidak mendengar lagi Serakalan di kampung ini. Hal ini juga
dialami di kampung-kampung lain. Untuk itu perlu segera diadakan kembali
kegiatan Serakalan kepada anak-anak muda agar kebiasaan dan adat ini bisa tetap
lestari di masa-masa mendatang.
B.
Oncor-oncoran
Lain ladang lain belalang lain ikannya
begitulah kira-kira pribahasa yang tepat untuk menggabrkan kegiatan peringatan
Maulud Nabi di Banyuwangi ini. Di deasa Kedaleman Rogojampi satu hari sebelum
pelaksanaan serakalan di Masjid/surau di sana dilaksanakan arak-arakan dengan
membawa obor dan judhang (pohon berhiaskan bunga telur). Pada malam menjelang
peringatan itulah masyarakat desa kedaleman dan sekitarnya bersuka ria dengan
turun ke jalan untuk melaksanakan arak-arakan kembang endhog. Semua orang tua
muda dan anak-anak membawa obor keliling desa. Obor yang dibuat dengan batang
bamboo yang diberi sumbu kain itu dinyalakan dengan bahan bakar minyak tanah. Setelah
obor dinyalakan selanjut mereka beramai-ramai mengelilingi desa menyusuri jalan
dengan penerangan tradisional tersebut.
Di
malam itu desa kedaleman serasa terang benderang oleh cahaya obor. Anak-anak
muda menggunakan obornya untuk memainkan pencak silat (pencak obor). Obornya
telah dirancag agar dapat menyala di kedua sisinya yaitu sisi kanan dan
kirinya, sehingga bisa dimainkan bagai kilatan api yang bergerak berputar-putar
bagai sebuah atraksi yang menawan. Selanjutnya di bagian belakang pemain pencak
obor adalah kelompok music terbangan yang mengiringi sehingga suasana semakin
meriah dengan terbang dan jidhor (bedhug besar)
Tujuan pelaksanaan arak-arakan dengan obor ini
adalah sebagai syiar kepada masyarakat luas bahwa hari baru telada dating
dimana hari dengan cahaya yang akan menyinari dunia setelah sekian lama dalam
hari kegelapan yaitu hari-hari di jaman jahiliyah. Obor ke seluruh desa diharap
cahaya dari ajaran Nabi Muhamad ini dapatlah tersebar keseluruh dunia agar
terbebas dari jaman kegelapan seperti yang telah terjadi di masa Nabi Muhammad
SAW.
Setelah
arak-arak ini selanjutnya dikeesokan harinya semua warga masyarakat desa pergi
ke masjid untuk melaksanakan Serakalan. Judahang yang telah ikut diarak tadi
selanjutnya ditarud di masjid sebagai hiasan, dan besoknya telur hias tersebut
akan dibagikan kepada jam’ah serakalan.
C.
Gredoan
Gredoan dalam peringatan maulud nabi di
Banyuwangi di sini bukan berarti gredoan yang sperti dilakukan antara muda-mudi
di jaman sekarang. Jika kita melihat cuman sepintas dari makna katanya saja
mungkin gredoan akan lebih berkonotasi negative. Tetapi janganlah diartikan
seperti itu dulu sebab gredoan di sini adalah adat yang dilakukan untuk ajang
cari jodoh bagi masyarakat using di Banyuwangi.
Masyarakat Banyuwangi percaya bahwa di
bulan Maulud ini adalah bulan yang baik untuk mencari jodoh dan melakukan
pernikahan bagi pasangan muda-mudi yang telah cukup umurnya. Sebab melakukan
pernikahan bagi muda-mudi yang telah cukup umur dan sudah siap untuk menuju
jenjang pernikahan juga dianggap telah mengikuti sunnah Nabi.
Di malam sebelum pelaksanaan
Serakalan esok pagi masyarakat Banyuwangi khusunya di desa Macanputih dan di
dusun Cangkring biasanya melakukan adat gredoan ini. Di malam itu hampir di
semua rumah desa-desa tersebut menyiapkan makanan untuk acara esok pagi.
Masyarakat memasak makanan dan menyiapkan segala sesuatu untuk esok hari. Ada
yang membuat kue ada juga yang memasak makanan untuk disajikan di esok hari,
pada saat itulah biasanya para gadis desa yang masih lajang akan didatangi para
pemuda untuk gredoan. Gredoan di sini berarti saling menggoda untuk saling
mengenal agar bisa dilanjutkan ke jenjang pernikahan nantinya. Jika dalam satu
rumah di desa tersebut tidak mempunyai gadis yang masih lajang biasanya para
sanak saudara dari kampung dan desa lain akan diundang untuk dating ke desa
tersebut, agar pelaksanaan adat gredoan bisa dilaksanakan.
Jangan kira jika pemuda yang dating
langsung bisa bertemu langsung dan berhadapan, apalagi bisa menyapa dan
mencoleknya sebab gredoan di sini pertemuan antara gadis dan pemudanya masihlah
dipisahkan dengan bilik atau tembok. Para pemuda yang hendak berkenalan dan
menyapa hanya bisa dari jarak yang agak jauh dan terkadang dihalagi oleh bilik
atau dinding. Para gadis biasanya bearada di dapur membantu tuan rumah memasak
sedangkan para pemuda biasanya ada di ruang tamu atau ada di dinding
sebelahnya. Perkenalan atau percakapan biasany dilakukan dengan basanan
(berbalas pantun dalam bahasa using). Di sini adalah basanan yang biasa mereka
lakukan di saat gredoan:
Lancing
(Pemuda) : Nyang tembakon nyambang
sawahe ,…dik..
Milu takon sapa arane,…dik
Perawan
(Gadis) : Nyang tembakon aja lali
nyang tegalan,… Kang
Luruh kweni kakang dikongkon emake
Kadhung takon karia temenanan
Kadhung wani, paranana nyang umahe
Lancing
(Pemuda) : Nong tembakon duwe
tegalan
Wit nangka dienggo tanduran
Isun takon pancen yo temenanan
Merga isun dhemen temenan
Perawan
(Gadis) : Lonthong-lonthong thok
Kang,…
Ketane ring Srono
Ngomong-ngomong thok rika Kang,…
Nyatane sing ana
Setelah pelaksanaan adat gredoan
selanjutnya masyarakat desa Macanputih melakukan arak-arakan. Masih sama
seperti desa-desa lainnya di sana juga melaksanakan arak-arakan judhang ( pohon
hias dengan bunga telur). Tetapi
arak-arak di desa Macanputih lebih semarak lagi bahakn menyerupai pawai budaya.
Orang-orang yang ikut arak-arak merias wajah dan berpakaian sesuai tema
arak-arakan. Ada tokoh-tokoh santri jawa, ada juga seperti orang-orang dari
Arab dengan surban dan baju putihnya, namun ada juga yang menghias dengan
wajah-wajah seram sebagai gambaran jaman kegelapan atau jaman jahiliyah. Tidak lupa ada juga yang membawa obor dan
memaikan obornya seperti sebuah atraksi yang memukau. Disamping ada juga tak
ketinggalan music terbang dan hadrah yang mengiringi pawai tersebut. Di
perkembangan lebih lanjut sekarang di bagian depan biasanya di buka dengan grup
drumband/marchingband. Judhang di
sini di hias lebih kreatif lagi karena tidak melulu berbentuk pohon yang
berhias bunga dari kertas warna-warni tetapi lebih beragam bentuknya. Judhang
di desa Macanputih ada yang berbntuk seperti masjid, bentuk binatang unta dan
burouq, ada juga bentuk ka’bah . Bisa dikatakan peringatan Maulud Nabi di desa
Mcanputih adalh peringatan Maulud terbesar di seluruh wilayah kabupaten
Banyuwangi. Selesai arak-arakan masih sama seperti di desa-desa yang lain
mereka melanjutkan dengan serakalan.
Dari hamper semua pelaksanaan
kegiatan Maulud Nabi di ham,pir seluruh desa di Banyuwangi yang bisa dikatakan
sama adalah pelaksanaan serakalan. Apapun acara kegiatan untuk meramaikannya
yang jelas serakalan adalh hal yang utamna yang tidak ditinggalkan.
Arak-arakan, oncor-oncoran, ataupun gredoan mungkin tidak semua desa
melakukannya, tetapi serakaln pastilah selalu dilaksanakan. Peringatan maulud
Nabi di Banyuwangi memang identic dengan serakalan.
D.
Ancak-ancakan
Setelah melaksanakan serakaln
biasanya dilanjutkan dengan walimahan,
mangan ancak bareng ring masjid utawa langgar. Sedina sakdurunge masyarakat
biasane wis nggawe ancak sulung. Ancak aju digawa nyang Masjid utawa langgar ring
wayah dinane teka. Sakteruse ancak dikembul bareng sak marine maca shelawatan.
Ancak iku panganan arupo sego, iwak,
lan jangane pisan hang diwadahi (syukuran dengan memakan makanan berkatan).
Makanan ini dibawa oleh masyarakat dari rumahnya masing-pmasing lalu dikumpulkan
dan selanjutnya dimakan bersama setelah serakalan. Makan yang dibawa
ditempatkan dalam sebuah ancak (Tempat makan dari gedebong pisang yang
berbungkus daun pisang). Bentuk acak bias any empat persegi terbuat dari
gedebog pisang yang di silangkan bamboo di tengahnya. Diatasnya biasanya
ditancapkan kembang endhog (Hiasan bunga dari kertas yang diberi telur rebus di
tengahnya)
Di dalam masjid/surau sudah dihias
dengan judhang yang sebelum diarak keliling desa. Judhang-judhang tersebut
telah ditancapakan kembang endhog ( hiasan telur berbentuk bunga dari bahan
kertas warna-warni pada sebatang bambu). Jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan
warganya untuk membuat dan mengisinya dengan hiasan bunga telur yang
ditengahnya telah dipasang telur rebus. Sebelum walimahan biasanya kembang
endhog telah dibagikan utamanya kepada anak-anak dan selebihnya baru dibagikan
kepada semua peserta serakalan.
Tetapi justru di saat itulah
anak-anak biasanya kurang sabra menerima pembagian hingga mereka berebut dan
mengambil sendiri kembang endhognya dari judhang yang ada. Berebut kembang
endhig inilah yang biasanya menjadi kesan tersendiri bago anak-anak, dan disini
di isayaratkan sebagai syi’ar agama agar anak-anak semakin senang kepada agama
dan tetap senang pergi ke masjid/surau dan selanjutnya suka terhadapa tingkah
laku Nabinya yaitu Nabi Muhammad SAW.
E.
Kembang
Endhog
Yang tidak kalah menariknya juga
selain ancak-ancakan adalah kembang endhog. Kembang endhog terbuat dari telur
yang sudah direbus lalu ditusukan ke batang bambu yang panjangnya kurang lebih
satu jengkal dan diberi haiasan dari kertas warna-warni yang berbentuk bunga. Kembang
endhog itu bukanlah untuk sekedar permainan anak kecil belaka ataupun sekedar
hiasan tanpa makna. Kembang endhog bagi masyarakat Banyuwangi adalah sebagai
symbol atau perlambang kelahiran Nabi Muhamad. Telur merupakan symbol dari
kelahiran Nabi, sebatang bambu kering adalah symbol dari keringnya keimanan
sebelum kelahiran Nabi. Sedangkan bunga warna-warni adalah kembang iman dan
islam yang mulai bermekaran setelah kelahiran Nabi.
Di jaman sekarang kembang endhog sudah
banyak berubah bentuknya. Bukan saja berbentuk bunga saja tetapi telah
berkembang ke bentu-bentuk yang lain, seperti Barong-barongan, kapal-kapalan, bahkan
ular naga. Disadari atau tidak inilah wujud kreatifitas masyarakat Banyuwang
agar tradisi bisa tetap lesatri. Hal ini dimaksudakn sebenarnya hanyalah untuk
menyenangkan anak-anak seperti anjuran rosul untuk selalu menyenagkan dan
menggembirakan anak-anak, apalagi dihari kelahiran nabi.
F.
Arak-arakan
Endhog-endhogan dan Terbangan
Saat arak-arakan, kembang endhog
dipajang pada gedebog pisang yang telah dihias dengan kertas warna-warni.
Judhang yang terbuat dari gedebong pisang tadi selajutnya dipenuhi dengan
kembang endhog hingga penuh. Selanjutnya diarak keliling desa/kampung. Jodhang-jodhangtersebut
diarak diatas kendaraan seperti becak, dokar ataupun mobil bersama anak-anak
yang berpakaian muslim dan muslimah. Awalnya kegiatan ini sebagai syi’ar agama
dan bermaksud untuk menyebarkan agama islam kala itu. Di saat sekarang telah
diwariskan sebagai adat dan tradisi di Banyuwangi.
Arak-arakan tadi disusul dengan
alunan music terbang yang membahana. Terbang ini biasanya digunakan terbang
(rebana) yang jumlahnya paling sedikit 7 atau 9 rebana dilengkapi dengan Jidor
(alat music bedhug besar) ditambah Pantus (Bedhug sedang), Lencangan (Bedhug kecil),
dan kempul (Gong kecil), juga dengan Kethuk (Bonang kecil) dan sekarang masih
ditambah dengan orgen sebagai melodinya. Lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu Sholawatan
Nabi atau juga lagu-lagu islami lainnya.
Salah satu lagu terbangan yang sering dibawakan saat
arak-arakan terbang adalah lagu “Bulan Maulud”, seperti berikut ini :
Bulan maulud ..bulan yang utama
Bulan lahirnya gusti nabi kita
Tanggal duabelas..isnain harinya
Waktu fajar sodiq ..itulah
lahirnya,….dst)
Itu adalah lagu-lagu arak-arakan terbang di
jaman dahulu. Namun sekarang lagi-lagunya makin semarak dan yang ikut
arak-arakan bukan lagi hanya music terbangan namun juga ada Barong,bahkan
adapula yang arak-arakan dengan musik Drumband. Lagunyapun macam-amacam dari
lagu Banyuwangian, Kendhang Kempulan, ada juga lagu Dhangdut dan lagu Pop yang
lagi trend sekarang.
Memanglah jaman terus berputar dan
tiada hentinya. Menolak perkembangan jaman sepertinya juga tak semudah
membalikkan tangan Yang terpenting harusnya adalah niatan untuk tetap
melestarikan adat dan tradisi yang baik. Serakalan, Kembang Endhog. Oncor-oncoran,
Gredoan, Ancak-ancakan, Terbangan, Drumbenan, Dhangdutan itu semua ditujukan
untuk menunjukan rasa cinta dan kasihnya masyarakat Banyuwangi kepada
junjungannya yaitu Nabi dan rosul Muhammad SAW. Tetapi perlu diluruskanlagi
kiranya mana adat yang memang sesuai dengan peringatan maulud nabi dan mana
adat yang hanya numpang ataupun ikutan nebeng dalam peringatan Maulud tersebut.
Mana yang mempunyai dasar yang kuat untuk dilestarikan dan mana yang tak
mempunyai dasar untuk bisa ditinggalkan semua tergantung masyarakat Banyuwangi
yang memiliki tradisinya.
Kamis, 29 November 2018
DAMARWULAN,
SAK DAWANE JAMAN
Damarwulan arupa
kesenian Banyuwangi hang wujude drama. Pancen yo sing mung Damarwulan
siji-sijine Kesenian hang wujude drama ring Banyuwangi. Ana Umarmoyo, Macaan
(Aljin) , ana uga Drama. Nyatane Kesenian
Banyuwangi hang wujude drama hang bisa urip sampek saiki katone yo mung
Damarwulan. Umarmoyo magih urip sampek saiki tapi ya ibarate uwong wis kari
ngenteni dinane baen aliase sekarat. Kadhung Macaan (Aljin) uripe sing karia
nemen kaya Umarmoyo kala-kala tanggapan magih ana baen. Kesenian drama hang
saiki mung kari sejarahe ya Drama iku dhewek. Bengen drama hang paling kesuwur
Drama Kedhung Lewung. Drama iku wis sing ana maning saiki, wis mati sakat
sakdurunge tahun 70-an.
Beda
ambi kesenian drama liyane Damarwulan nyatane bisa urip sampek saiki. Kadhung
dideleng lan disawang temenanan antarane yo mung Damarwulan hang bisa milu ambi
perkembangane jaman. Pakem-e sing kari kaku meh bisa ngelayani penjaluke hang
nanggap. Ring pergelarane Damarwulan uga ndadekaken musik, gendhing, lan
tabuhan dienggo saranane nyampekaken lakon nyang penonton. Sing lali uga jugetan
lan tari-tarian mesti ana dienggo lantarane sambung-rasa nyang penonton. Paran
maning dekorasi kubunge terus diapik-apikaken milu ambi hang saiki diterima
masyarakat masio tetep sing ninggalno tradisi mula. Mula sing salah kadung
Damarwulan iki bentuk teater tradisional hang paling jangkep nggabungaken kabeh
unsur pertunjukan.
Damarwulan saiki wis sing ditanggap wong
Banyuwangi thok naming wis gadug daerah liyane, kaya Daerah Jember, Lumajang,
Probolinggo, Pasuruan malah uga sampek ring Bali pinggir kulon, Negara, Seririt
lan Tabanan.
Sejarahe
Damarwulan
Ring
awal tahun Sewusangangatusan Damarwulan wis ana ring Banyuwangi. Asal-muasale
Damarwulan bengen hang paling sulung ngadeg yaiku Damarwulan Klembon ring Banyuwangi
Kota. Damarwulan iki dipandegani ring wong Klembon hang dhemen seru nyang
Kesenian hang arane Pak Endro Darji. Anggotane bengen asale teka Drama
Ande-ande Lumut teka desa Temenggungan Banyuwangi Kota. Wong-wonge iku ya ana
Iskak, Mustopo, Waspodo, Ripa’i lan liyan-liyane.
Sakdurunge
ngedegaken Damarwulan Endro Darji iki kesengsem sulung ambi drama tradisional
teka Bali hang arane “Arja”. Wektu Endro
Darji iki dagangan jaran nyang Bali, iane weruh pergelaran Arja. Ring pikirane
mandanea apike kadung gawe kesenian nong Banyuwangi hang kaya “Arja” iku.
Gadug
Banyuwangi Endro Darji aju ngajak kancan-kancane mau nggawe Drama hang meh
padha ambi “Arja” mau, naming celathune
(dialog) diucapaken nganggo basa Jawa.
Damarwulan
iki sakteruse akeh arane. Ana hang ngarani Janger, ana uga hang ngarani
Jinggoan. Asale bengen sakjane teka demene penonton nyang lakon-lakon hang
sering dimainaken. Ana telung golongan hang ngarani Kesenian iki beda,
antarane:
a. Golongan
Masyarakat hang dhemen yang lakon Damarwulan kaya ring njero cerita hang
gambaraken “Damarwulan satriya teka Majapahit utusane Ratu Kencono Wungu.
Saking dhemene penonton nyang tokoh lakon iki akhiri gampange njuluki diarani kesenian
“Damarwulan”
b. Sakbalike
ana golongan hang milih dhemenan nyang Minak Jinggo ketimbang nyang Damarwulan.
Minak Jinggo dianggep pahlawane Blambangan hang wani ngelawan kuasane Majapahit.
Sakteruse golongan masyarakat iki nganggep Minak Jinggo hang pantes di dhemeni
dudu Damarwulan. Golongane wong-wong iki ngarani kesenian iki ambi “Jinggoan”.
c. Sak
liyane golongan loro iku mau ana maning golongan hang sing patio ngerti nyang
bab lakon lan cerita. Golongan iki ngertine mung nyang gendhing , jugetan lan
tabuhan uga nyang busana lan kemeredepe dekorasi. Golongane wong iki sakteruse
ngarani kesenian iki ambi “Janger”, mergane Damarwulan nganggo penganggo,
gendhing, lan jugetan kaya janger-jangeran teka Bali.
Ring jaman sakteruse kesenian
Damarwulan soyo suwi soyo akeh hang ngadek ring wilayah-wilayah Banyuwangi
mulai teka wilayah lor sampek wilayah kidul Banyuwangi. Kesenian Damarwulan
hang magih urip sampek saiki antarane :
“Madya Utama” teka desa Banje Rogojampi, “Dharma Kencana” Glondhong Rogojampi, “Setyo
Krido Budoyo” Bongkoran Srono, “Karisma Dewata” desa Curah Pacul Muncar. Sakteruse
Masyarakat ngarani grup kesenian iki ambi aran asale tinimbang arane: Janger Lulian Olehsari, Janger Sawahan teka
wilayah Sawahan Banyuwangi Kota, Janger Glondong teka desa Patoman Rogojampi,
Janger Sumberwangi. Janger Sastra Dewa teka Srono, Janger Mangir teka desa
Mangir Rogojampi, Sritanjung Margi Santoso teka Gintangan Rogojampi, lan magih
akeh grup-grup liyane maning hang magih urip sampek saiki ring Banyuwangi.
Sejatine
Damarwulan
1.
Lakon
lan Naskahe
Lakon hang sering digawa utawa
dimainaken ring pergelarane antarane lakon-lakon teka cerita-cerita
Damarwulan-Minakjingga hang setting ceritane Keraton Majapahit lan Kadipaten
Blambangan. Sakliyane iku ana cerita hang dijuput teka sumber Babad Blambangan,
Legenda-legenda Banyuwangi, Cerita Panji sampek uga ring cerita Sejarah
Perjuangan Banyuwangi mulai perang Bayu, Tawangalun, Sayuwiwit, Wong Agung
Wilis, Jagapati lan sakpiturute
Padha baen ambi teater-teater tradisional
liyane. Damarwulan uga sing ngangggo naskah utawa teks tulisan. Celakthu lan Udarasa-ne (Onto Wacono) nganggo timpalan baen teka ring inti
cerita hang wis digawe ambi Sutradara/pimpinan lakon. Biasane sakdurunge main
kadhung ceritane anyar pemain latihan sulung naming kadhung nggawa cerita-cerita
hang wis tau digelar ya sing kathik latihan. Pemain uatawa wayange wis hapal
kabeh cerita lan onto wacono kaya celathu
lan udarasa-ne.
Damarwulan
nganggo basa campuran kadhung mainaken ceritane. Kaya Basa Jawa Kuna hang
dienggo dalang lan tokoh-tokoh keraton. . Para Striya lan abdi dalem keraton
biasane nganggo Basa Jawa Krama Inggil kadhung “Ngudarasa utawa celathu.
Kadhung Sabdo-palon, Punakawan lan dagelan nganggo basa campur ana Usingane
pisan.
Ngudarasa lan Celathu (onto wacono) ring
sakjrone babak sing ana aturan hang jelas pemain/wayang ulih timpalan sak
karepe hang penting sing metu teka pakem-e.
Ring kene Sutradara/pimpinan lakon hang ngatur dawane lan akehe timpalan pemaine/wayange.
Kabeh wayang biasane wis ngerti lan bisa njaga kancan-kancane kadhung timpalan
omonge metu teka cerita inti.
2.
Lantaran
Sambung-rasa
Sing adoh bedane teka
Kesenian Arja ring Bali, Damarwulan yo nganggo Tarian, gendhingan, lan tabuhan.
Saban ganti babak utawa ganti setting
mesti ditabuhi sulung nganggo gamelan. Saban tokoh lakon metu teka kubungan yo mesti njuget
sulung. Jugetane lan tabuhane disesuaikaken ambi karakter tokoh ring lakon iku.
Umpamane Wadonan beda tabuhane lan jugetane ambi Abangan, Sabdo-palon yo beda
ambi Raja. Sing lali kadhang ring tengah lakon ana gendhingan. Gendhinge yo
mesti milu ambi lakon hang digawa. Gendhing dhemenan dienggo lakon wong lanang
hang gandrung nyang wong wadon lan liyan-liyane
2.1 Jugetane Damarwulan
Tari/Jugetan liyane ring sakjrone
lakon uga dianakaken ring pambuka sakdurunge mlebu nyang lakon. Sakmari dalang
ngucap salam, ngenalaken kabeh wong-wonge sak rombongane sakteruse ana
tarian/jugetan. Tari/Jugetan biasane hang didhemeni masyarakat wektu iku, tari-tari
Bali kaya tari: Pendhet, Panji Semirang, Manukrawa Blibis lan liyan-liyane, uga
tari-tari daerah Banyuwangi kaya : Jejer
Gandrung, Gandrung Dor, Punjari lan
tari-tarian liya penjaluke penanggap.
Sakliyane ring pambuka, Perangan, lan
Dagelan yo ana jugetane. Kayata ring Babak Perangan yaiku tari “Pereng
Prapatan”.
2.2 Gendhing-gendhing
ring Damarwulan
Podho uga ambi tarian gendhingan
ring Damarwulan ana hang digendhingaken wutuh pol sak ghendhing maksude sing
dipedhot-pedhot utawa sing disambung-sambung ambi gendhing liyane. Sindene
biasae nembang ditabuhi panjak ring nduwur genjot. Gendhingan hang gediki iki
biasae ana ring sakdurunge jejeran.
Kadhung gendhing hang ana ring
tengahe lakon biasane hang nembang yo pemain/wayang. Gendhing-gendhing hang ana
ring kene biasane nganggo gendhing hang wis mula disediakaken kanggo lakon hang
digawa. Gendhing-gendhing hang biasane digawa antarane: Sandung Tangis,
Ngrakio, kadhang yo gending-gending Majapahitan (Tembang-tembang Jawa). Tokoh
“kasaran” utawa abangan ana uga hang nembang. Gendhinge ditembangaken wektu
arep perangan utawa wektu tantang-tangan. Gendingane biasane : Jaok, Bapangan, kadhang
ya Jinggoan.
Sabdo-palon utawa dagelan yo sing
luput ya milu nembang. Gendhinge biasane gendhing-gendhing saiki. Arane baen
dagelan gendhing-gendhinge dikarepaken kanggo kenyab lan guyonan. Dagelan
biasane yo ngelayani gendhing teka penjaluke penonton. Mari nembang gendhing
penjalukane penonton dagelan biasane disrawat bungkusan hang isine kadhang
panganan, rokok, kadhang uga picis.
2.3
Tabuhane
Damarwulan
Tabuh Damarwulan/Tabuh Janger nganggo
laras tabuhan Bali yaiku laras pelog nem : 7 – 1 – 3 – 4 – 5 , naming
ring perkembangan hang sak iki Grup Damarwulan/Grup Janger uga nggawa tabuhan Banyuwangian
hang larase Selendro : 6 - 1 - 2
– 3 – 5 , sing lali nggawa kendhang Banyuwangian. Iki dikarepaken nawi ana
penjalukane penonton njaluk gendhing Banyuwangi. Uga dienggo nabuhi tarian
Banyuwangian. Paran maning dhung wis wayahe dagelan tabuhan Banyuwangi kudu
dienggo mergane ring babak iki penonton kurang dhemen kadhung sing nagganggo
kendhang Banyuwangi.
Sakjangkepe
tabuhane Damarwulan/Janger ana:
NO
|
Arane
Tabuhan
|
Akehe
|
1.
|
Pantus Sangang wilah
|
1
Rancak
|
2.
|
Saron
Sangang wilah
|
4
rancak
|
3.
|
Peking
Sangang wilah
|
2
rancak
|
4.
|
Genjur
|
3
rancak
|
5.
|
Kethuk
|
1
|
6.
|
Kecrek
|
1 set
|
7.
|
Kempul
|
1
|
8.
|
Gong
|
1
|
9.
|
Kendhang
Jong
|
2
|
10.
|
Suling
|
1
|
11.
|
Bonang
12 pencon
|
1 rancak
|
12.
|
Slenthem
5 bilah
|
2 rancak
|
13
|
Kethuk
Banyuwangian
|
1 set
|
14
|
Kendhang
Banyuwangian
|
2
|
3.
Paesan
lan Penganggone Damarwulan
3.1
Paes
Damarwulan
Paese
tokoh-tokoh ring lakon Damarwulan sing podho. Siji-sijine tokoh duwe karakter
dhewek-dhewek. Kelir lan gambarane ring paesan wis bisa nduduhaken tokoh iku lan
teka golongan endi. Sakjangkepe paesan, tokoh lan karakter wayang ring lakon
Damarwulan dijelasaken ring ngisor iki:
1. Paes
Ayu kanggo wadonan ( Ratu, Permaisuri, Putri, Dayang lan liya-liyane )
2. Paes
“Ngganthengan” utawa “Bambangan” kanggo tokoh Protagonis utama ( Raja,
Pangeran, Senopati, Prajurit Majapahitan ), Paesan iki Paes alusan akeh-akehe
nganggo kelir putih, abang ring lambe kales tipis brengos tipis, lan godek tipis )
3. Paes
“Abangan” kanggo tokoh Antagonis ( Minak
Jinggo, Kebo Mercuet, Patih-patih lan “Brawakan” ). Paes iki akeh-akehe nganggo
kelir abang mbranang, garis cemeng nggales,
tegas lan kasar. Brengos gedhe pasangan, jenggot pasangan, lan rambut
pasangan.
4. Paes
“Butoan” kanggo lakon-lakon memdi lan wong alus Buto. ( Jin, setan , lelembut, uga
siluman wong daden-daden). Paes iki biasane ditambahi ambi gambaran lan kedhok
pasangan. Ana uga hang ngendoni sungu pasangan lan untu pasangan.
Wedhak, sipat alis lan
bahan liyane kanggo paesan nganggo bahan
hang murah lan sak anane naming asile yo sing kalah ambi bahan-bahan hang
larang. Mergane paesane wong jangeran iki sing kabeh uwong bisa, wong-wong hang
wis lancar lan telikas baen hang bisa. Ring ngisor iki dijelentrehaken bahan
lan paesan kanggo karakter lakon ring Damarwulan:
1. Wedhak
teka Atal
padet ( kelire kuning pucet dienceraken
sulung nganggo banyu sithik )
2. Bak
( kelir cemeng teka tinta china )
3. Gincu/kelire
lambe, kadhang kelir abang ana uga biru/ungu)
4. sipat
alis nggo ngandelaken alis nggawe brengos tipis dingo paes “Nganthengan” atau “Bambangan”
5. Langes
lan lengo kletikan ( areng hang digawe teka damar telempik dicampur lengo gas nggo Abangan, brawakan lan Butoan.
3.2
Penganggone
Damarwulan
Penganggone Damarwulan iki digawe teka kain katun biasa baen
ring hiasane digawe teko kain bludru cemeng terus di monte ambi monte
kelar-kelir. Kain hang emas/prada biasane nganggo kain teka Bali.
Kelire penganggone tokoh Damarwulan ana dhewek-dhewek dienggo
mbedakaken iki teka golongan Majapahitan apa golongan Abangan/Brawokan.
Tokoh-tokoh teka Majapahitan biasane nganggo kelir dasar putih.
Naming kadhung Abangan nganggo dasar Abang. Saikine wis akeh uga hang nganggo
kelir biru lan ijo.
Penganggone Damarwulan sing adoh teka kelir-kelir hang barak merga
pergelarane Damarwulan iku wayah bengi hang diatur lan disentor nganggo damar
sorot. Mula iku werna hang mredep-mredep sering dienggo ring penganggone. Ring
ngisor penganggone Damarwulan lan kelengkapane..
1. Lakon
Prajurit : Kemejan lengen cendek, celana cendek tapih lembaran lan udheng, dada
ditutup lakaran segitiga, jaman bengen nganggo kain taplak meja batik hang ditekuk dadi segitiga.
2. Lakon
Pangeran :
Kemejan lengen dawa kelir putih kanggo Pangeran Majapahitan Panjang warna putih
untuk Majapahitan, sembongan, udheng lan kain lakaran segtiga nutup dhadha, nganggo
Ter ring dhadha cakepan sikil lan tangan, ring udheng ditambah maning ambi irah-irahan kelir
emas nggo nduduhaken striya kerajaan.
3. Lakon
Raja :
Kemejan lengan dawa kelir cemeng utawa biru dihias ambi monte gemeredep gambar
motif kembang-kembang. Kain lakaran nggo
nutup dhadha prada emas lan nganggo kuluk/jamang hang nutupi endhase dimonte motif-motif
keraton Blambangan.
4. Lakon
Wadonan : Nganggo lakaran tapih
klambi lengen dawa lakaran batik ditambahi sampur ring dhadha tengen , sabuk gerenjeng kuningan motif kembang lan irah-irahan.
Nggo mbedakaken antarane puti lan dayang, dung dayang rambute di sanggul
kadhung putri dikerewek diendoni kuluk cilik kelir emas-emasan.
5.
Pemain/Wayang
Pemain/wayang
Damarwulan ring jaman bengen kabeh dilakokaken wong lanang. Hang dipacaki
wadon. Naming ring jaman saiki wis akeh pemain wadon temenan hang milu
Damarwulan/Janger.
Pemain/wayang Damarwulan iki dudu
murni seniman hang urip teka kesenian naming akeh-akehe wong hang dhemen nyang
kesenian. Saban dinane wong-wong iki ya duwe penggawean ajek kayata tani,
dagang, buruh, lan liyan-liyane. Ring wayah raino megawe kaya biasane kadhung wayah dalu milu main ring
Damarwulan/Janger. Merga iku wong-wong iku mau sing pati mikiraken ulihe
bayaran, hang penting bisa seneng milu nguri-uri kesenian dienggo kebutuhane
bathin yaiku kebutuhan seneng nong njero ati.
Gampangane gambaran pemain/wayang
ring Damarwulan dibedakaken petang golongan, antarane:
1. Golongan
Bangbangan
2. Golongan
Kasaran
3. Wadonan
(Wanita)
4. Sabdo-palon
(Dagelan)
Pemain/wayang iki wis suwe anggone
main ring lakon iki. Mulo wis kaya
temancep ring awake. Lakon-lakon mau biasane di cocog-cogaken ambi perawakane
lan karaktere. Sangking suwene nglakokaken karakter iku mau, sampek-sampek wis
hapal yang sembarange mulai jugetane, tingkah polae, omongane karakter ring
lakon damarwulan iku. Kadhung arep pentas wis sing kathik latihan maning wis.
4.
Wujud
Pergelarane
Kesenian iki gelare wayah dalu hang suweni suwengi
jampleng. Kira-kira antarane jam sanga bengi sampek jam papat subuh. Sakdawane
gelar Damarwulan main ring pirang-pirangane babak. Mulai babak Jejeran, Inti
lan Tutupan. Pambuka sing klebu ring babakan.
4.1
Pambuka
Ring pambuka iki dalang mbuka acarane ambi ngenalaken
rombongane mulai Sutradara, pemain, sampek dagelan hang main ring bengi iku.
Mari gediku ana tari-tarian kayata tari Legong, tari Jaok, tari Panji Semirang,
tari manuk Rawa, Belibis kadhang ya tari daerah Banyuwangi kaya tari Jejer Gandrung, tari punjari, tari
Gandrung Dor lan tari daerah liyane. Ring babakan iki biasane ya ditambahi ambi
nembang gendhing-gendhing.
4.2
Bagian
Inti
Mari pambuka diterusaken Babak Inti. Ring Babakan iki magih
dipecah maning.
Pembabakan ring Damarwulan hang pakem kurang lebihe kaya
ring ngisor iki:
1. Jejeran
I ( biasane setting Keraton, bisa Majapahit, Blambangan, Mataram, Klungkung. Kari
nentokaken lakon paran hang dimainaken )
2. Playon
I ( biasane setting alas, atau dalanan,
atau pinggiran segara kaya hang lakon digawa bengi iku )
3. Jejeran
II ( biasane setting Keraton liya, pertapan, kayangan, perguruan. Kaya hang
ditentokaken lakon ring bengi iku)
4. Perangan
I /Perang Kembang, babakan iki ya diarani perang wurung. Perang cilik-cilikan
sakdurunge perang hang sakbenere (klimak), ( biasane setting panggonan perangan)
5. Bambangan
biasane setting pelarian
6. Perang
II (biasane setting panggonan perang , perang gedhe hang ngalahaken golongan jahat (antagonis)
ambi golongan putih (Protagonis). Kalahe angkara murka ambi kesucian.
7. Paripurna
( biasane tutupan (endhing)).
8. Penutup
bagian akhir hang biasane ditutup ambi tabuhan
4.3
Dagelan
(Lawakan)
Ring bagian iki masiyo sing mlebu ring pembabakan naming
bagian iki bagian hang paling dienteni penonton. Mergo bagian iki sing perlu
sampek nguras pikiran lan perasaan
penontone. Ring bagian iki bagian muyab lan guyonan. Dagelan metu ring
antarane Babak Playon II lan Perangan I, merga dagelan milu main dadi
sabdo-palon utawa abdine tokoh.
5.
Genjot
lan Kubunge Damarwulan
Wujud kesenian iki panggung teater procenium. Beda ambi “Arja”
kubung arupa layar hang bisa dibuka lan ditutup. Digulung mendhuwur nganggo
kerekan hang ditarik nganggo kapul teka ngisor njero kubungan. Saban-saban
setting layar diganti digulung mendhuwur. Biasane layar wis digambar kaya
setting ring pembabakan, umpamane gambar keraton, gambar alas-alasan, gambar
pinggir gunung, pinggir segara lan liyan-liyane. Layar hang ngarep biasane
layar thok sing kathik gambar. Biasane ya mung ana arane grup Damarwulan lan
teka daerah endi gediku baen.
Dekorasi ring ngarep bagian nduwur biasane gambar Buta
kala ambi motif kembang sulur-sulur. Ring kiwa tengene gambar sepasang ksatriya
lanang lan wadon dienggo bagian tutupan kiwa tengene (sayap/wings). Iki meh
podho ambi kubunge Ludruk utawa Kethoprak teka Jawa.
Genjote Damarwulan wujude proscenium hang meng setengah arena. Dhuwure
kira-kira sakmeter teka lemah, dawane 8 meter werone 6 meter . Gamelane manggon
ring ngarepe genjot ring njaba kubung.
6.
Lampu
Sorot
Ring
perkembangane saiki Damarwulan wis maju adoh tinimbang Damarwulan hang
sulung-sulung. Utamane ring bab dekorasi lan lampu. Sakat ana listrik lampu wis
bisa digawe lampu sorot lan lampu mainan ndadekaken Damarwulan iki tambah apik
lan tambah nyenengaken hang nonton. Teknologi dimer pengatur sorote lampu bisa
remeng-remeng lan bisa terang uga wis dienggo ring kene.
Mesti baen lampu iki bisa dienggo nutupi
kekurangane dekorasi ring genjote. Ring ngendi ringawayahe padang byar lan wayakendi
wayahe remeng-remeng. Umpamane dienggo gambaraken wayah raina lan dienggo
nggambaraken wayah bengi.
7.
Penonton
Ring bab
kesenian hang arupa drama penonton iku seru pentinge anane. Merga kesenian iki
mbutuhaken timbal-balike teka penonton langsung. Beda ambit teater teka negara
barat kana. Damarwulan ulih timpalan ambi penonton. Mula iku kadhang bisa ndadekaken
lancar lan singe pergelaran. Umpamane, penonton ulih baen surak, nyuraki tokoh
hang sing di dhemeni utawa keplok-keplok ngeploki pemain hang di dhemeni. Ring
istilahe iki komunikasi ambi penonton.
Paran maning ring bagian dagelan, ring kene
tambah nyata katone komunikasi iku mau. Penonton nguweni panganan, rokok, lan
picis nyang pemain hang wis ngelayani penjalukane, paran iku penjalukan gedhing
utawa jugetan.
Paedahe
Damarwulan ring Masyarakat
Sakbenere
ana tah paedahe Damarwulan kanggo masyarakate. Katone Damarwulan sing duwe
paedah paran-paran maning sakliyane paedah kanggo hiburan lan seneng-seneng.
Iku kadung dideleng sakklerepan baen. Naming kadung dideleng hang temenanan
sakjane ya akeh paedahe. Paedahe hang langsung katon lan heng langsung bisa
katon iku anatarane:
1.
Corong
Kepentingan
Wis sing bisa ditutupi maning
kadung-nyata-nyata Damarwulan bengen-bengene dienggo corong
kepentingan-kepentingan. Kepentingane pemerintah hang arep nyuksesaken
program-program kemasyarakatan contone. Mulai program Keluarga Berencana,
Program Kesehatan sampek-sampek program pemilu, Damarwulan wis tau milu
cawe-cawe ring bab komunikasi iki.
Ring jaman bengene malah-malah
dienggo kampanye terselubung partai-partai peserta pemilu. Tapi hang mesti baen
Damarwulan duweni kepentingan ring kene yoiku ngelestarikaken seni lan budaya
bangsa.
2.
Kanggo
Pendidikan
Ring sakjerone lakon-lakone jelas-jelas ngatokaken
polah lan tingkah hang bisa ditiru lan sing ulih ditiru ring jerone urip saban
dinane. Saumpamane lakon mesti baen menang kadhung ngelawan musuh-musuhe. Hang
jahat lan elek mesti kalah lan asor ring mburiane. Ring lakon-lakon Damarwulan iki arane wekas.
Laku duga antarane wong tuwek lan wong enom
(unggah-ungguh monggone jare wong jawa) diduduhaken ring sikap andap asor lan
basa hang apik ring jerone lakon. Contone antarane Gusti Pangeran (Status
social Tinggi) wong dhuwuran ambi prajurit (status sosial lebih rendah) wong
ngisoran netepi polah andap asor hang temenanan.
3.
Hiburan
lan Seneng-seneng
Wis jelas katon langsung kadhung Damarwulan mestine
dienggo hiburan lan seneng-seneng. Sapa baen hang atine bingung
kelayung-layung, aju nonton Damarwulan bisa dadi seneng. Masio ring jaman saiki
wis akeh hiburan liyane naming hiburan nonton Damarwulan bisa duwe rasa hang beda. Iki wis kebukti merga Damarwulan
magih anal an tetep didemeni ring masyarakat Banyuwangi sampek saiki iki.
Paedah hiburan lan seneng-seneng iki dudu mung
dirasakaken penonton naming uga bisa dirasakaken pemain/wayange, panjak-panjake
uga juragan hang duwe grup Damarwulan iku.
4.
Dienggo
Nyambung Urip
Ambekane wong Damarwulanan/Jangeran
wis duwe pegawean liya ring saban dianane, naming bisa njanger utawa main ring
Damarwulan bisa dienggo nambahi asil. Masio sing akeh ulihe naming keneng
dienggo tambahan lan nyambung urip ring jaman iki. Aja dilalekaken uga wong-wong
hang dodolan ring pinggir-pinggir lurung kadhung ana Damarwulan/Janger main.
Hang gediki ya aja dientengaken. Akeh wong dodol-dodol iku milu nyang endi baen
Grup Damarwulan tanggapan. Mergane rejekine ya wis ana ring kana.
5.
Kritik
Sosial
Dagelan ring Damarwulan iku bagian
hang paling dienteni penonton. Sing salah kadhung bagian iki penontone uakeh. Dagelan
iki bisa kesuwur ngelebihi lakon-lakon hang wis biasa main ring Damarwulan.
Mula iku dagelan kadhang bisa mengaruhi tingkah polahe masyarakat urip ring
saban dinane. Sampek-sampek penonton
sing kerasa kadhung guyonane dagelan iku sakjane ya kanggo ngajak masyarakat nyang
urip hang ngungkuli apik teka sakdurunge nonton dagelan. Dagelan-dagelan hang
wis kesuwur saiki kayata Ganjur, Bodhos, Penthul lan Gandhu bisa dadi conto
ring penonton. Unen-unene sampek-sampek ditirokaken ring urip saban dina.
Mati-uripe
Damarwulan
Kesenian
rakyat kaya Damarwulan iki bisa urip lan mati ring jaman ngarep sakjane ya
paran jare masyarakate dhewek. Naming usaha-usaha dienggo njaga keslestariane magih
bisa diusahakaken. Sak umpamane hang wis kaya diusahakaken pemerintah daerah
Banyuwangi ring jaman-jaman saiki. Masio durung bisa diarani wis akeh naming
cukup bisa nggugah maning nyang masyarakat Banyuwangi kanggo dhemen maning
nyang kesenian Damarwulan. Pentas-pentas
penting ring Kabupaten kaya ring Hari Jadi Kota Banyuwangi lan agenda pentas
Malam Mingguan ring Taman Blambangan sithik akeh iku ngupayakaken kelestariane
Damarwulan iki.
Bantuan
dana teka pemerintah daerah nyang grup-grup Damarwulan masio sing akeh sak
using-usinge bisa ndadekaken kesenian iki duwe semangat urip maning. Sakjane ya
hang dikarepaken bisa’a bantuan iku rata ring kabeh grup-grup Damarwulan hang
ana ring Banyuwangi iki. Sing melulu Grup-grup hang bisa gawe proposal baen.
Rujukan:
BS Noerdian, Kesenian Jinggoan,
---------makalah Sarasehan lan pelatiahn
Drs. Dasuki noer, Damarwulan,
-----------makalah Upaya Pelestarian lan Pengembangan
Teater Rakyat
Hari Wijaya, Kesenian
Jinggoan,------------makalah Uapaya pelestarian lan promosi seni budaya tardisional using
Langganan:
Postingan (Atom)