Minggu, 10 Februari 2019


Peringatan Maulud Gaya Using,
dari Serakalan sampai Dangdutan
Ditulis : Drs. Moh. Syaiful

            Jika hari sudah memasuki bulan Maulud dalam kalender Jawa atau bulan Rabi’ul Awal dalam kalender Islam (Tahun Hijrah) masyarakat Banyuwangi terlihat bersemangat menyambutnya. Di bulan ini Masyarakat Banyuwangi mulai membuka tabungannya untuk memperingati dan membesarkan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW ini. Bulan ini dianggap bulan yang istimewa bagi masyarakat Banyuwangi.
            Hampir si setiap desa dan kampung-kampung di Banyuwangi seolah terbangun dari tidur panjangnya menyambut bulan bahagia ini. Kegembiraan ditunjukkan dengan menyembeli binatang peliharaannya, dari ayam, kambing bahkan adapula yang sapi atau lembu. Yang selanjutnya dagingnya dibuat makan dan dibagikan kepada sanak saudara dan orang tua.
            Masjid dan surau semua dibersihkan, dicat atau dikapur agar nampak bersih dan indah sebab banyak kegiatan akan dilaksanakan di Masjid dan surau-surau. Setelah dikapur atau dicat, dan dibersihkan halamannya selanjutnya Masjid atau surau dihias dengan kertas berwarna-warni dan tidak lupa dengan spanduk dan poster bertuliskan peringatan Maudlud Nabi Muhammad SAW. Gambar-gambar suasana mekah juga unta dan buah kurma menjadi setting Msajid dan Surau dalam memperingati Maulud Nabi di Banyuwangi.  Sebentar lagi akan dilaksanakan arak-arakan judhang (pohon berhiaskan bunga telur) keliling kampung.
A.           Serakalan
            Setelah arak-arakan keliling kampung/.desa, selanjutnya para pria masuk ke masjid atau surau untuk melanjutkan kegiatan pembacaan Sholawat. Memanglah benar peringatan Maulud Nabi Muhamad di banyuwangi tidak bisa dipisahkan dengan pembacaan Sholawat Nabi. Pembacaan sholawat itu biasanya disebut dengan Serakalan. Serakalan sebenarnya adalah pembacaan kitab Al-Barzanji secara bersama-sama yang menggunakan lagu atau irama yang sudah disepakati bersama. Penamaan Serakalan diambil dari salah satu bacaan yang ada dalam kitab Al-Barzanji tersebut yaitu Asroqol. Dalam serakalan ini isinya yaitu  riwayat Nabi serta puji-pujian terhadap  Nabi, sahabat lan para kerabatnya. Di sana Al-Barzanji dibacakan bersama dengan lagu dan irama yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Pembacaan Al-Barzanji biasanya bersaut-sautan, ada yang membawakannya adapula yang menjawabnya.
            Ada tiga bagian dalam pembacaan Serakalan di peringatan Maulud Nabi.  Bagian pertamaadalah bagian Dzikiran. Dalam bagian ini dimulai dengan pembacaan “Assalmualaik…”dan seterusnya. Pembacaan Dzikiran biasanya dilakukan bersama dalm posisi duduk dan melingkar di dalam masjid/surau. Semua lagu dan irama dibaca secara berurutan sesuai lagu yang sudah dihafalkan semua peserta. Sama seperti “Macaan” lainnya,  Serakalan juga dibagi pada bagian pembawa (penanya) dan penjawab. Dalam bagian dzikiran lagunya tidaklah terlalu kaku sperti pakemnya sedikit banyak setiap daerah maupun desa mempunyai gayanya masing-masing tetapi perubahan tadi memanglah harus telah disepakati bersama dalam kel;ompok tersebut. Maka dari itu lagu dan irama dalam dzikiran di jaman sekarang hamper setiap desa/kampung mempunyai lagu sendiri-sendiri. Terkadang dalam bagian ini syair dari jawaban juga dibuat sendiri dan bahkan pula dengan bahasa using seperti basanan using. Salah satunya seperti di bawah ini:
Mayo-mayo podho seba
Sebane wong pendopo
Pendopone kanjeng nabi
Dzikiran selawat nabi… ,
Sedangkan  jawaban dalam Al-Barzanji kurang lebih sebagai berikut:
Sholatun wataslemun
Waijekaf tahiyatin
Alamun ala illa
Hurobbusumma sholla
            Selain itu juga ada pantun dari  Bahasa Melayu yang juga telah diserap dalam serakalan :
                        Naik sepeda jangan diputar
                        Kalo diputar rusak rodanya
                        Anak muda belajar pintar
                        Kalo pintar mahal harganya….
Pada bagian kedua adalah bagian “Macaan” . Dalam bagian ini hanya ada satu yang membaca Al-Barzanji sedangkan yang lain menyimak. Sesekali peserta lain menjawab pada bagian yang menyebut Nabi Muhammad dengan jawaban yang sama yaitu: “Sholallahu alaiwasalam,…Salamun alaik”. Bagian Macaan adalah bagian yang menceritakan kisa-kisah Nabi Muhamad dari kelahiran beliau sampai saat kematiaan beliau. Disamping itu juga riwayat-riwayat kenabian yang dialami Nabi Muhammad.
Selanjutnya dalam bagian ketiga semua peserta Serakalan akan berdiri sambil membaca “Ya Nabi salam Alaika…”. Sikap berdiri disini dimaksudkan adalah untuk menghormat kepada Nabi saat pembacaan Ya Nabi Salam tersebut. Masyarakat percaya saat itulah roh Kanjeng Nabi akan dating bersama malaikat selanjutnya akan membacakan doa bagi yang mebacakan sholawat untuk nabi.           Diantara bagian dua dan bagian tiga biasanya dipisahkan dengan jeda, dimana saat ini para peserta serakalan boleh istirahat sebentar sambil membasuh tenggorokannya dengan air putih yang telah ditaburi bunga. Air ini dengan keharumannya akan membrikan kesegaran bagi para peserta yang telah bersemangat membawakan Serakalan. Selain Air bunga biasanya juga disediakan pula air minum yaitu bir asem. Air dengan jeruk nipis dan sedikit gula untuk memberi kesejukan pada kerongkongan para peserta Serakalan. Bir asem ini tidaklah mesti ada jika tidak biasanya juga diganti dengan “wedang jahe” atau “es kelapa muda”
Serakalan jika dibawakan semuanya seperti yang ada pada kitab Al-Barzanji lamanya bisa mencapai waktu 2 jam lebih. Tetapi di jaman sekarang lebih sering disingkat dan dipotong-potong sehingga tidak terlalu panjang dan memakan waktu. Serakalan biasannya akan ditutup dengan doa pada akhir rangkaiannya.
Di jaman sekarang serakalan masihlah dilakukan oleh golongan tua. Tidak banyak anak muda yang bisa. Anak-anak muda paling-paling hanya bisa menjawab saja dan tidak bisa membawa. Hal ini dikarenakan mungkin terlalu banyak lagu yang harus dihafalkan . Generasi di jaman sekarang tidaklah tertarik dengan hafalan, kata sebagian orang-orang tua yang melakukan Serakalan.
Menurut keterang Syafi’i salah seorang tokoh masjid di kampung Satriyan mengatakan Serakalan ini tinggal satu generasi lagi saja yang bisa mebacakan lagu keseluruhan dalam Al-Barzanji setelah itu mungkin kita tidak mendengar lagi Serakalan di kampung ini. Hal ini juga dialami di kampung-kampung lain. Untuk itu perlu segera diadakan kembali kegiatan Serakalan kepada anak-anak muda agar kebiasaan dan adat ini bisa tetap lestari di masa-masa mendatang.
B.                 Oncor-oncoran
 Lain ladang lain belalang lain ikannya begitulah kira-kira pribahasa yang tepat untuk menggabrkan kegiatan peringatan Maulud Nabi di Banyuwangi ini. Di deasa Kedaleman Rogojampi satu hari sebelum pelaksanaan serakalan di Masjid/surau di sana dilaksanakan arak-arakan dengan membawa obor dan judhang (pohon berhiaskan bunga telur). Pada malam menjelang peringatan itulah masyarakat desa kedaleman dan sekitarnya bersuka ria dengan turun ke jalan untuk melaksanakan arak-arakan kembang endhog. Semua orang tua muda dan anak-anak membawa obor keliling desa. Obor yang dibuat dengan batang bamboo yang diberi sumbu kain itu dinyalakan dengan bahan bakar minyak tanah. Setelah obor dinyalakan selanjut mereka beramai-ramai mengelilingi desa menyusuri jalan dengan penerangan tradisional tersebut.
            Di malam itu desa kedaleman serasa terang benderang oleh cahaya obor. Anak-anak muda menggunakan obornya untuk memainkan pencak silat (pencak obor). Obornya telah dirancag agar dapat menyala di kedua sisinya yaitu sisi kanan dan kirinya, sehingga bisa dimainkan bagai kilatan api yang bergerak berputar-putar bagai sebuah atraksi yang menawan. Selanjutnya di bagian belakang pemain pencak obor adalah kelompok music terbangan yang mengiringi sehingga suasana semakin meriah dengan terbang dan jidhor (bedhug besar)
             Tujuan pelaksanaan arak-arakan dengan obor ini adalah sebagai syiar kepada masyarakat luas bahwa hari baru telada dating dimana hari dengan cahaya yang akan menyinari dunia setelah sekian lama dalam hari kegelapan yaitu hari-hari di jaman jahiliyah. Obor ke seluruh desa diharap cahaya dari ajaran Nabi Muhamad ini dapatlah tersebar keseluruh dunia agar terbebas dari jaman kegelapan seperti yang telah terjadi di masa Nabi Muhammad SAW.
            Setelah arak-arak ini selanjutnya dikeesokan harinya semua warga masyarakat desa pergi ke masjid untuk melaksanakan Serakalan. Judahang yang telah ikut diarak tadi selanjutnya ditarud di masjid sebagai hiasan, dan besoknya telur hias tersebut akan dibagikan kepada jam’ah serakalan. 
C.                Gredoan
Gredoan dalam peringatan maulud nabi di Banyuwangi di sini bukan berarti gredoan yang sperti dilakukan antara muda-mudi di jaman sekarang. Jika kita melihat cuman sepintas dari makna katanya saja mungkin gredoan akan lebih berkonotasi negative. Tetapi janganlah diartikan seperti itu dulu sebab gredoan di sini adalah adat yang dilakukan untuk ajang cari jodoh bagi masyarakat using di Banyuwangi.
Masyarakat Banyuwangi percaya bahwa di bulan Maulud ini adalah bulan yang baik untuk mencari jodoh dan melakukan pernikahan bagi pasangan muda-mudi yang telah cukup umurnya. Sebab melakukan pernikahan bagi muda-mudi yang telah cukup umur dan sudah siap untuk menuju jenjang pernikahan juga dianggap telah mengikuti sunnah Nabi.
            Di malam sebelum pelaksanaan Serakalan esok pagi masyarakat Banyuwangi khusunya di desa Macanputih dan di dusun Cangkring biasanya melakukan adat gredoan ini. Di malam itu hampir di semua rumah desa-desa tersebut menyiapkan makanan untuk acara esok pagi. Masyarakat memasak makanan dan menyiapkan segala sesuatu untuk esok hari. Ada yang membuat kue ada juga yang memasak makanan untuk disajikan di esok hari, pada saat itulah biasanya para gadis desa yang masih lajang akan didatangi para pemuda untuk gredoan. Gredoan di sini berarti saling menggoda untuk saling mengenal agar bisa dilanjutkan ke jenjang pernikahan nantinya. Jika dalam satu rumah di desa tersebut tidak mempunyai gadis yang masih lajang biasanya para sanak saudara dari kampung dan desa lain akan diundang untuk dating ke desa tersebut, agar pelaksanaan adat gredoan bisa dilaksanakan.
            Jangan kira jika pemuda yang dating langsung bisa bertemu langsung dan berhadapan, apalagi bisa menyapa dan mencoleknya sebab gredoan di sini pertemuan antara gadis dan pemudanya masihlah dipisahkan dengan bilik atau tembok. Para pemuda yang hendak berkenalan dan menyapa hanya bisa dari jarak yang agak jauh dan terkadang dihalagi oleh bilik atau dinding. Para gadis biasanya bearada di dapur membantu tuan rumah memasak sedangkan para pemuda biasanya ada di ruang tamu atau ada di dinding sebelahnya. Perkenalan atau percakapan biasany dilakukan dengan basanan (berbalas pantun dalam bahasa using). Di sini adalah basanan yang biasa mereka lakukan di saat gredoan:
Lancing (Pemuda)       : Nyang tembakon nyambang sawahe ,…dik..
                                      Milu takon sapa arane,…dik
Perawan (Gadis)         : Nyang tembakon aja lali nyang tegalan,… Kang
                                      Luruh kweni kakang dikongkon emake
                                      Kadhung takon karia temenanan
                                      Kadhung wani, paranana nyang umahe
Lancing (Pemuda)       : Nong tembakon duwe tegalan
                                      Wit nangka dienggo tanduran
                                      Isun takon pancen yo temenanan
                                      Merga isun dhemen temenan
Perawan (Gadis)         : Lonthong-lonthong thok Kang,…
                                      Ketane ring Srono
                                      Ngomong-ngomong thok rika Kang,…
                                      Nyatane sing ana
            Setelah pelaksanaan adat gredoan selanjutnya masyarakat desa Macanputih melakukan arak-arakan. Masih sama seperti desa-desa lainnya di sana juga melaksanakan arak-arakan judhang ( pohon hias dengan bunga telur).  Tetapi arak-arak di desa Macanputih lebih semarak lagi bahakn menyerupai pawai budaya. Orang-orang yang ikut arak-arak merias wajah dan berpakaian sesuai tema arak-arakan. Ada tokoh-tokoh santri jawa, ada juga seperti orang-orang dari Arab dengan surban dan baju putihnya, namun ada juga yang menghias dengan wajah-wajah seram sebagai gambaran jaman kegelapan atau jaman jahiliyah.       Tidak lupa ada juga yang membawa obor dan memaikan obornya seperti sebuah atraksi yang memukau. Disamping ada juga tak ketinggalan music terbang dan hadrah yang mengiringi pawai tersebut. Di perkembangan lebih lanjut sekarang di bagian depan biasanya di buka dengan grup drumband/marchingband.       Judhang di sini di hias lebih kreatif lagi karena tidak melulu berbentuk pohon yang berhias bunga dari kertas warna-warni tetapi lebih beragam bentuknya. Judhang di desa Macanputih ada yang berbntuk seperti masjid, bentuk binatang unta dan burouq, ada juga bentuk ka’bah . Bisa dikatakan peringatan Maulud Nabi di desa Mcanputih adalh peringatan Maulud terbesar di seluruh wilayah kabupaten Banyuwangi. Selesai arak-arakan masih sama seperti di desa-desa yang lain mereka melanjutkan dengan  serakalan.
            Dari hamper semua pelaksanaan kegiatan Maulud Nabi di ham,pir seluruh desa di Banyuwangi yang bisa dikatakan sama adalah pelaksanaan serakalan. Apapun acara kegiatan untuk meramaikannya yang jelas serakalan adalh hal yang utamna yang tidak ditinggalkan. Arak-arakan, oncor-oncoran, ataupun gredoan mungkin tidak semua desa melakukannya, tetapi serakaln pastilah selalu dilaksanakan. Peringatan maulud Nabi di Banyuwangi memang identic dengan serakalan.
D.           Ancak-ancakan           
            Setelah melaksanakan serakaln biasanya dilanjutkan dengan  walimahan, mangan ancak bareng ring masjid utawa langgar. Sedina sakdurunge masyarakat biasane wis nggawe  ancak sulung. Ancak aju digawa nyang Masjid utawa langgar ring wayah dinane teka. Sakteruse ancak dikembul bareng sak marine maca shelawatan.    
            Ancak iku panganan arupo sego, iwak, lan jangane pisan hang diwadahi (syukuran dengan memakan makanan berkatan). Makanan ini dibawa oleh masyarakat dari rumahnya masing-pmasing lalu dikumpulkan dan selanjutnya dimakan bersama setelah serakalan. Makan yang dibawa ditempatkan dalam sebuah ancak (Tempat makan dari gedebong pisang yang berbungkus daun pisang). Bentuk acak bias any empat persegi terbuat dari gedebog pisang yang di silangkan bamboo di tengahnya. Diatasnya biasanya ditancapkan kembang endhog (Hiasan bunga dari kertas yang diberi telur rebus di tengahnya)
            Di dalam masjid/surau sudah dihias dengan judhang yang sebelum diarak keliling desa. Judhang-judhang tersebut telah ditancapakan kembang endhog ( hiasan telur berbentuk bunga dari bahan kertas warna-warni pada sebatang bambu). Jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan warganya untuk membuat dan mengisinya dengan hiasan bunga telur yang ditengahnya telah dipasang telur rebus. Sebelum walimahan biasanya kembang endhog telah dibagikan utamanya kepada anak-anak dan selebihnya baru dibagikan kepada semua peserta serakalan.
            Tetapi justru di saat itulah anak-anak biasanya kurang sabra menerima pembagian hingga mereka berebut dan mengambil sendiri kembang endhognya dari judhang yang ada. Berebut kembang endhig inilah yang biasanya menjadi kesan tersendiri bago anak-anak, dan disini di isayaratkan sebagai syi’ar agama agar anak-anak semakin senang kepada agama dan tetap senang pergi ke masjid/surau dan selanjutnya suka terhadapa tingkah laku Nabinya yaitu Nabi Muhammad SAW.
E.            Kembang Endhog
            Yang tidak kalah menariknya juga selain ancak-ancakan adalah kembang endhog. Kembang endhog terbuat dari telur yang sudah direbus lalu ditusukan ke batang bambu yang panjangnya kurang lebih satu jengkal dan diberi haiasan dari kertas warna-warni yang berbentuk bunga. Kembang endhog itu bukanlah untuk sekedar permainan anak kecil belaka ataupun sekedar hiasan tanpa makna. Kembang endhog bagi masyarakat Banyuwangi adalah sebagai symbol atau perlambang kelahiran Nabi Muhamad. Telur merupakan symbol dari kelahiran Nabi, sebatang bambu kering adalah symbol dari keringnya keimanan sebelum kelahiran Nabi. Sedangkan bunga warna-warni adalah kembang iman dan islam yang mulai bermekaran setelah kelahiran Nabi.
            Di jaman sekarang kembang endhog sudah banyak berubah bentuknya. Bukan saja berbentuk bunga saja tetapi telah berkembang ke bentu-bentuk yang lain, seperti Barong-barongan, kapal-kapalan, bahkan ular naga. Disadari atau tidak inilah wujud kreatifitas masyarakat Banyuwang agar tradisi bisa tetap lesatri. Hal ini dimaksudakn sebenarnya hanyalah untuk menyenangkan anak-anak seperti anjuran rosul untuk selalu menyenagkan dan menggembirakan anak-anak, apalagi dihari kelahiran nabi.
F.            Arak-arakan Endhog-endhogan dan Terbangan   
            Saat arak-arakan, kembang endhog dipajang pada gedebog pisang yang telah dihias dengan kertas warna-warni. Judhang yang terbuat dari gedebong pisang tadi selajutnya dipenuhi dengan kembang endhog hingga penuh. Selanjutnya diarak keliling desa/kampung. Jodhang-jodhangtersebut diarak diatas kendaraan seperti becak, dokar ataupun mobil bersama anak-anak yang berpakaian muslim dan muslimah. Awalnya kegiatan ini sebagai syi’ar agama dan bermaksud untuk menyebarkan agama islam kala itu. Di saat sekarang telah diwariskan sebagai adat dan tradisi di Banyuwangi.
            Arak-arakan tadi disusul dengan alunan music terbang yang membahana. Terbang ini biasanya digunakan terbang (rebana) yang jumlahnya paling sedikit 7 atau 9 rebana dilengkapi dengan Jidor (alat music bedhug besar) ditambah Pantus (Bedhug sedang), Lencangan (Bedhug kecil), dan kempul (Gong kecil), juga dengan Kethuk (Bonang kecil) dan sekarang masih ditambah dengan orgen sebagai melodinya. Lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu Sholawatan Nabi atau juga lagu-lagu islami lainnya.
            Salah satu lagu  terbangan yang sering dibawakan saat arak-arakan terbang adalah lagu “Bulan Maulud”, seperti berikut ini :
            Bulan maulud ..bulan yang utama
            Bulan lahirnya gusti nabi kita
            Tanggal duabelas..isnain harinya
            Waktu fajar sodiq ..itulah lahirnya,….dst)
             Itu adalah lagu-lagu arak-arakan terbang di jaman dahulu. Namun sekarang lagi-lagunya makin semarak dan yang ikut arak-arakan bukan lagi hanya music terbangan namun juga ada Barong,bahkan adapula yang arak-arakan dengan musik Drumband. Lagunyapun macam-amacam dari lagu Banyuwangian, Kendhang Kempulan, ada juga lagu Dhangdut dan lagu Pop yang lagi trend sekarang.
            Memanglah jaman terus berputar dan tiada hentinya. Menolak perkembangan jaman sepertinya juga tak semudah membalikkan tangan Yang terpenting harusnya adalah niatan untuk tetap melestarikan adat dan tradisi yang baik. Serakalan, Kembang Endhog. Oncor-oncoran, Gredoan, Ancak-ancakan, Terbangan, Drumbenan, Dhangdutan itu semua ditujukan untuk menunjukan rasa cinta dan kasihnya masyarakat Banyuwangi kepada junjungannya yaitu Nabi dan rosul Muhammad SAW. Tetapi perlu diluruskanlagi kiranya mana adat yang memang sesuai dengan peringatan maulud nabi dan mana adat yang hanya numpang ataupun ikutan nebeng dalam peringatan Maulud tersebut. Mana yang mempunyai dasar yang kuat untuk dilestarikan dan mana yang tak mempunyai dasar untuk bisa ditinggalkan semua tergantung masyarakat Banyuwangi yang memiliki tradisinya.

Kamis, 29 November 2018



DAMARWULAN, SAK DAWANE JAMAN

            Damarwulan arupa kesenian Banyuwangi hang wujude drama. Pancen yo sing mung Damarwulan siji-sijine Kesenian hang wujude drama ring Banyuwangi. Ana Umarmoyo, Macaan (Aljin) , ana uga Drama. Nyatane  Kesenian Banyuwangi hang wujude drama hang bisa urip sampek saiki katone yo mung Damarwulan. Umarmoyo magih urip sampek saiki tapi ya ibarate uwong wis kari ngenteni dinane baen aliase sekarat. Kadhung Macaan (Aljin) uripe sing karia nemen kaya Umarmoyo kala-kala tanggapan magih ana baen. Kesenian drama hang saiki mung kari sejarahe ya Drama iku dhewek. Bengen drama hang paling kesuwur Drama Kedhung Lewung. Drama iku wis sing ana maning saiki, wis mati sakat sakdurunge tahun 70-an.
            Beda ambi kesenian drama liyane Damarwulan nyatane bisa urip sampek saiki. Kadhung dideleng lan disawang temenanan antarane yo mung Damarwulan hang bisa milu ambi perkembangane jaman. Pakem-e sing kari kaku meh bisa ngelayani penjaluke hang nanggap. Ring pergelarane Damarwulan uga ndadekaken musik, gendhing, lan tabuhan dienggo saranane nyampekaken lakon nyang penonton. Sing lali uga jugetan lan tari-tarian mesti ana dienggo lantarane sambung-rasa nyang penonton. Paran maning dekorasi kubunge terus diapik-apikaken milu ambi hang saiki diterima masyarakat masio tetep sing ninggalno tradisi mula. Mula sing salah kadung Damarwulan iki bentuk teater tradisional hang paling jangkep nggabungaken kabeh unsur pertunjukan.
             Damarwulan saiki wis sing ditanggap wong Banyuwangi thok naming wis gadug daerah liyane, kaya Daerah Jember, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan malah uga sampek ring Bali pinggir kulon, Negara, Seririt lan Tabanan.

Sejarahe Damarwulan
            Ring awal tahun Sewusangangatusan Damarwulan wis ana ring Banyuwangi. Asal-muasale Damarwulan bengen hang paling sulung ngadeg yaiku Damarwulan Klembon ring Banyuwangi Kota. Damarwulan iki dipandegani ring wong Klembon hang dhemen seru nyang Kesenian hang arane Pak Endro Darji. Anggotane bengen asale teka Drama Ande-ande Lumut teka desa Temenggungan Banyuwangi Kota. Wong-wonge iku ya ana Iskak, Mustopo, Waspodo, Ripa’i lan liyan-liyane.
            Sakdurunge ngedegaken Damarwulan Endro Darji iki kesengsem sulung ambi drama tradisional teka Bali hang arane “Arja”.  Wektu Endro Darji iki dagangan jaran nyang Bali, iane weruh pergelaran Arja. Ring pikirane mandanea apike kadung gawe kesenian nong Banyuwangi hang kaya “Arja” iku.
            Gadug Banyuwangi Endro Darji aju ngajak kancan-kancane mau nggawe Drama hang meh padha ambi “Arja” mau, naming celathune (dialog) diucapaken nganggo basa Jawa.   
            Damarwulan iki sakteruse akeh arane. Ana hang ngarani Janger, ana uga hang ngarani Jinggoan. Asale bengen sakjane teka demene penonton nyang lakon-lakon hang sering dimainaken. Ana telung golongan hang ngarani Kesenian iki beda, antarane:
a.       Golongan Masyarakat hang dhemen yang lakon Damarwulan kaya ring njero cerita hang gambaraken “Damarwulan satriya teka Majapahit utusane Ratu Kencono Wungu. Saking dhemene penonton nyang tokoh lakon iki akhiri gampange njuluki diarani kesenian “Damarwulan”
b.      Sakbalike ana golongan hang milih dhemenan nyang Minak Jinggo ketimbang nyang Damarwulan. Minak Jinggo dianggep pahlawane Blambangan hang wani ngelawan kuasane Majapahit. Sakteruse golongan masyarakat iki nganggep Minak Jinggo hang pantes di dhemeni dudu Damarwulan. Golongane wong-wong iki ngarani kesenian iki ambi “Jinggoan”.
c.       Sak liyane golongan loro iku mau ana maning golongan hang sing patio ngerti nyang bab lakon lan cerita. Golongan iki ngertine mung nyang gendhing , jugetan lan tabuhan uga nyang busana lan kemeredepe dekorasi. Golongane wong iki sakteruse ngarani kesenian iki ambi “Janger”, mergane Damarwulan nganggo penganggo, gendhing, lan jugetan kaya janger-jangeran teka Bali.

            Ring jaman sakteruse kesenian Damarwulan soyo suwi soyo akeh hang ngadek ring wilayah-wilayah Banyuwangi mulai teka wilayah lor sampek wilayah kidul Banyuwangi. Kesenian Damarwulan hang magih urip sampek saiki antarane  : “Madya Utama” teka desa Banje Rogojampi, “Dharma Kencana” Glondhong Rogojampi, “Setyo Krido Budoyo” Bongkoran Srono, “Karisma Dewata” desa Curah Pacul Muncar. Sakteruse Masyarakat ngarani grup kesenian iki ambi aran asale tinimbang arane:  Janger Lulian Olehsari, Janger Sawahan teka wilayah Sawahan Banyuwangi Kota, Janger Glondong teka desa Patoman Rogojampi, Janger Sumberwangi. Janger Sastra Dewa teka Srono, Janger Mangir teka desa Mangir Rogojampi, Sritanjung Margi Santoso teka Gintangan Rogojampi, lan magih akeh grup-grup liyane maning hang magih urip sampek saiki ring Banyuwangi.


Sejatine Damarwulan
           
1.      Lakon lan Naskahe
            Lakon hang sering digawa utawa dimainaken ring pergelarane antarane lakon-lakon teka cerita-cerita Damarwulan-Minakjingga hang setting ceritane Keraton Majapahit lan Kadipaten Blambangan. Sakliyane iku ana cerita hang dijuput teka sumber Babad Blambangan, Legenda-legenda Banyuwangi, Cerita Panji sampek uga ring cerita Sejarah Perjuangan Banyuwangi mulai perang Bayu, Tawangalun, Sayuwiwit, Wong Agung Wilis, Jagapati lan sakpiturute
            Padha baen ambi teater-teater tradisional liyane. Damarwulan uga sing ngangggo naskah utawa teks tulisan. Celakthu lan Udarasa-ne (Onto Wacono) nganggo timpalan baen teka ring inti cerita hang wis digawe ambi Sutradara/pimpinan lakon. Biasane sakdurunge main kadhung ceritane anyar pemain latihan sulung naming kadhung nggawa cerita-cerita hang wis tau digelar ya sing kathik latihan. Pemain uatawa wayange wis hapal kabeh cerita lan onto wacono kaya celathu lan udarasa-ne.
 Damarwulan nganggo basa campuran kadhung mainaken ceritane. Kaya Basa Jawa Kuna hang dienggo dalang lan tokoh-tokoh keraton. . Para Striya lan abdi dalem keraton biasane nganggo Basa Jawa Krama Inggil kadhung “Ngudarasa utawa celathu. Kadhung Sabdo-palon, Punakawan lan dagelan nganggo basa campur ana Usingane pisan.
            Ngudarasa lan Celathu (onto wacono) ring sakjrone babak sing ana aturan hang jelas pemain/wayang ulih timpalan sak karepe hang penting sing metu teka pakem-e. Ring kene Sutradara/pimpinan lakon hang ngatur dawane lan akehe timpalan pemaine/wayange. Kabeh wayang biasane wis ngerti lan bisa njaga kancan-kancane kadhung timpalan omonge metu teka cerita inti.

2.      Lantaran Sambung-rasa
            Sing adoh bedane teka Kesenian Arja ring Bali, Damarwulan yo nganggo Tarian, gendhingan, lan tabuhan. Saban ganti babak utawa ganti setting mesti ditabuhi sulung nganggo gamelan. Saban tokoh  lakon metu teka kubungan yo mesti njuget sulung. Jugetane lan tabuhane disesuaikaken ambi karakter tokoh ring lakon iku. Umpamane Wadonan beda tabuhane lan jugetane ambi Abangan, Sabdo-palon yo beda ambi Raja. Sing lali kadhang ring tengah lakon ana gendhingan. Gendhinge yo mesti milu ambi lakon hang digawa. Gendhing dhemenan dienggo lakon wong lanang hang gandrung nyang wong wadon lan liyan-liyane

2.1 Jugetane Damarwulan  
            Tari/Jugetan liyane ring sakjrone lakon uga dianakaken ring pambuka sakdurunge mlebu nyang lakon. Sakmari dalang ngucap salam, ngenalaken kabeh wong-wonge sak rombongane sakteruse ana tarian/jugetan. Tari/Jugetan biasane hang didhemeni masyarakat wektu iku, tari-tari Bali kaya tari: Pendhet, Panji Semirang, Manukrawa Blibis lan liyan-liyane, uga  tari-tari daerah Banyuwangi kaya : Jejer Gandrung, Gandrung Dor,  Punjari lan tari-tarian liya penjaluke penanggap.
            Sakliyane ring pambuka, Perangan, lan Dagelan yo ana jugetane. Kayata ring Babak Perangan yaiku tari “Pereng Prapatan”.

2.2 Gendhing-gendhing ring Damarwulan
            Podho uga ambi tarian gendhingan ring Damarwulan ana hang digendhingaken wutuh pol sak ghendhing maksude sing dipedhot-pedhot utawa sing disambung-sambung ambi gendhing liyane. Sindene biasae nembang ditabuhi panjak ring nduwur genjot. Gendhingan hang gediki iki biasae ana ring sakdurunge jejeran.
            Kadhung gendhing hang ana ring tengahe lakon biasane hang nembang yo pemain/wayang. Gendhing-gendhing hang ana ring kene biasane nganggo gendhing hang wis mula disediakaken kanggo lakon hang digawa. Gendhing-gendhing hang biasane digawa antarane: Sandung Tangis, Ngrakio, kadhang yo gending-gending Majapahitan (Tembang-tembang Jawa). Tokoh “kasaran” utawa abangan ana uga hang nembang. Gendhinge ditembangaken wektu arep perangan utawa wektu tantang-tangan. Gendingane biasane : Jaok, Bapangan, kadhang ya Jinggoan. 
            Sabdo-palon utawa dagelan yo sing luput ya milu nembang. Gendhinge biasane gendhing-gendhing saiki. Arane baen dagelan gendhing-gendhinge dikarepaken kanggo kenyab lan guyonan. Dagelan biasane yo ngelayani gendhing teka penjaluke penonton. Mari nembang gendhing penjalukane penonton dagelan biasane disrawat bungkusan hang isine kadhang panganan, rokok, kadhang uga picis.

2.3  Tabuhane Damarwulan
Tabuh Damarwulan/Tabuh Janger nganggo laras tabuhan Bali yaiku laras pelog nem : 7 – 1 – 3 – 4 – 5 , naming ring perkembangan hang sak iki Grup Damarwulan/Grup Janger uga nggawa tabuhan Banyuwangian hang larase Selendro :  6 - 1 - 2 – 3 – 5 , sing lali nggawa kendhang Banyuwangian. Iki dikarepaken nawi ana penjalukane penonton njaluk gendhing Banyuwangi. Uga dienggo nabuhi tarian Banyuwangian. Paran maning dhung wis wayahe dagelan tabuhan Banyuwangi kudu dienggo mergane ring babak iki penonton kurang dhemen kadhung sing nagganggo kendhang Banyuwangi.
            Sakjangkepe tabuhane Damarwulan/Janger ana:
NO
Arane Tabuhan
Akehe
1.
Pantus  Sangang wilah
1        Rancak
2.
Saron Sangang wilah
4        rancak
3.
Peking Sangang wilah
2        rancak
4.
Genjur
3        rancak
5.
Kethuk
1
6.
Kecrek
1 set
7.
Kempul
1
8.
Gong
1
9.
Kendhang Jong
2
10.
Suling
1
11.
Bonang 12 pencon
1 rancak
12.
Slenthem 5 bilah
2 rancak
13
Kethuk Banyuwangian
1 set
14
Kendhang Banyuwangian
2

3.      Paesan lan Penganggone Damarwulan
3.1  Paes Damarwulan
      Paese tokoh-tokoh ring lakon Damarwulan sing podho. Siji-sijine tokoh duwe karakter dhewek-dhewek. Kelir lan gambarane ring paesan wis bisa nduduhaken tokoh iku lan teka golongan endi. Sakjangkepe paesan, tokoh lan karakter wayang ring lakon Damarwulan dijelasaken ring ngisor iki:
1.      Paes Ayu kanggo wadonan ( Ratu, Permaisuri, Putri, Dayang lan liya-liyane )
2.      Paes “Ngganthengan” utawa “Bambangan” kanggo tokoh Protagonis utama ( Raja, Pangeran, Senopati, Prajurit Majapahitan ), Paesan iki Paes alusan akeh-akehe nganggo kelir putih, abang ring lambe  kales tipis brengos  tipis, lan godek tipis )
3.      Paes “Abangan” kanggo tokoh  Antagonis ( Minak Jinggo, Kebo Mercuet, Patih-patih lan “Brawakan” ). Paes iki akeh-akehe nganggo kelir abang mbranang, garis cemeng nggales,  tegas lan kasar. Brengos gedhe pasangan, jenggot pasangan, lan rambut pasangan.
4.      Paes “Butoan” kanggo lakon-lakon memdi lan wong alus Buto. ( Jin, setan , lelembut, uga siluman wong daden-daden). Paes iki biasane ditambahi ambi gambaran lan kedhok pasangan. Ana uga hang ngendoni sungu pasangan lan untu pasangan.

                        Wedhak, sipat alis lan bahan liyane kanggo paesan  nganggo bahan hang murah lan sak anane naming asile yo sing kalah ambi bahan-bahan hang larang. Mergane paesane wong jangeran iki sing kabeh uwong bisa, wong-wong hang wis lancar lan telikas baen hang bisa. Ring ngisor iki dijelentrehaken bahan lan paesan kanggo karakter lakon ring Damarwulan:
1.      Wedhak teka  Atal padet  ( kelire kuning pucet dienceraken sulung nganggo banyu sithik )
2.      Bak ( kelir cemeng teka tinta china )
3.      Gincu/kelire lambe, kadhang kelir abang ana uga biru/ungu)
4.      sipat alis nggo ngandelaken alis nggawe brengos tipis dingo paes  “Nganthengan” atau “Bambangan”
5.      Langes lan lengo kletikan ( areng hang digawe teka damar telempik dicampur lengo gas  nggo Abangan, brawakan lan Butoan.

3.2  Penganggone Damarwulan
      Penganggone Damarwulan iki digawe teka kain katun biasa baen ring hiasane digawe teko kain bludru cemeng terus di monte ambi monte kelar-kelir. Kain hang emas/prada biasane nganggo kain teka Bali.
      Kelire penganggone tokoh Damarwulan ana dhewek-dhewek dienggo mbedakaken iki teka golongan Majapahitan apa golongan Abangan/Brawokan.
      Tokoh-tokoh teka Majapahitan biasane nganggo kelir dasar putih. Naming kadhung Abangan nganggo dasar Abang. Saikine wis akeh uga hang nganggo kelir biru lan ijo.
      Penganggone Damarwulan sing adoh teka kelir-kelir hang barak merga pergelarane Damarwulan iku wayah bengi hang diatur lan disentor nganggo damar sorot. Mula iku werna hang mredep-mredep sering dienggo ring penganggone. Ring ngisor penganggone Damarwulan lan kelengkapane..
1.      Lakon Prajurit : Kemejan lengen cendek, celana cendek tapih lembaran lan udheng, dada ditutup lakaran segitiga, jaman bengen nganggo kain taplak  meja batik hang ditekuk dadi segitiga.
2.      Lakon  Pangeran         : Kemejan lengen dawa kelir putih kanggo Pangeran Majapahitan Panjang warna putih untuk Majapahitan, sembongan, udheng lan kain lakaran segtiga nutup dhadha, nganggo Ter ring dhadha cakepan sikil lan tangan, ring  udheng ditambah maning ambi irah-irahan kelir emas nggo nduduhaken striya kerajaan.
3.      Lakon  Raja                 : Kemejan lengan dawa kelir cemeng utawa biru dihias ambi monte gemeredep gambar motif kembang-kembang.  Kain lakaran nggo nutup dhadha prada emas lan nganggo kuluk/jamang hang nutupi endhase dimonte motif-motif keraton Blambangan.
4.      Lakon Wadonan         : Nganggo lakaran tapih klambi lengen dawa lakaran batik ditambahi sampur ring dhadha tengen  , sabuk gerenjeng kuningan motif kembang lan irah-irahan. Nggo mbedakaken antarane puti lan dayang, dung dayang rambute di sanggul kadhung putri dikerewek diendoni kuluk cilik kelir emas-emasan.

5.      Pemain/Wayang
Pemain/wayang Damarwulan ring jaman bengen kabeh dilakokaken wong lanang. Hang dipacaki wadon. Naming ring jaman saiki wis akeh pemain wadon temenan hang milu Damarwulan/Janger.
            Pemain/wayang Damarwulan iki dudu murni seniman hang urip teka kesenian naming akeh-akehe wong hang dhemen nyang kesenian. Saban dinane wong-wong iki ya duwe penggawean ajek kayata tani, dagang, buruh, lan liyan-liyane. Ring wayah raino megawe kaya biasane  kadhung wayah dalu milu main ring Damarwulan/Janger. Merga iku wong-wong iku mau sing pati mikiraken ulihe bayaran, hang penting bisa seneng milu nguri-uri kesenian dienggo kebutuhane bathin yaiku kebutuhan seneng nong njero ati.
            Gampangane gambaran pemain/wayang ring Damarwulan dibedakaken petang golongan, antarane:
1.      Golongan Bangbangan
2.      Golongan Kasaran
3.      Wadonan (Wanita)
4.      Sabdo-palon (Dagelan)
           
            Pemain/wayang iki wis suwe anggone main ring lakon  iki. Mulo wis kaya temancep ring awake. Lakon-lakon mau biasane di cocog-cogaken ambi perawakane lan karaktere. Sangking suwene nglakokaken karakter iku mau, sampek-sampek wis hapal yang sembarange mulai jugetane, tingkah polae, omongane karakter ring lakon damarwulan iku. Kadhung arep pentas wis sing kathik latihan maning wis.  

4.      Wujud Pergelarane
            Kesenian iki gelare wayah dalu hang suweni suwengi jampleng. Kira-kira antarane jam sanga bengi sampek jam papat subuh. Sakdawane gelar Damarwulan main ring pirang-pirangane babak. Mulai babak Jejeran, Inti lan Tutupan. Pambuka sing klebu ring babakan.

4.1  Pambuka
      Ring pambuka iki dalang mbuka acarane ambi ngenalaken rombongane mulai Sutradara, pemain, sampek dagelan hang main ring bengi iku. Mari gediku ana tari-tarian kayata tari Legong, tari Jaok, tari Panji Semirang, tari manuk Rawa, Belibis kadhang ya tari daerah Banyuwangi kaya  tari Jejer Gandrung, tari punjari, tari Gandrung Dor lan tari daerah liyane. Ring babakan iki biasane ya ditambahi ambi nembang gendhing-gendhing.
           
4.2  Bagian Inti
      Mari pambuka diterusaken Babak Inti. Ring Babakan iki magih dipecah maning.
            Pembabakan ring Damarwulan hang pakem kurang lebihe kaya ring ngisor iki:
1.      Jejeran I ( biasane setting Keraton, bisa Majapahit, Blambangan, Mataram, Klungkung. Kari nentokaken lakon paran hang dimainaken )
2.      Playon I  ( biasane setting alas, atau dalanan, atau pinggiran segara kaya hang lakon digawa bengi iku )
3.      Jejeran II ( biasane setting Keraton liya, pertapan, kayangan, perguruan. Kaya hang ditentokaken lakon ring bengi iku)
4.      Perangan I /Perang Kembang, babakan iki ya diarani perang wurung. Perang cilik-cilikan sakdurunge perang hang sakbenere (klimak), ( biasane setting panggonan perangan)
5.      Bambangan biasane setting pelarian
6.      Perang II (biasane setting panggonan perang , perang gedhe  hang ngalahaken golongan jahat (antagonis) ambi golongan putih (Protagonis). Kalahe angkara murka ambi kesucian.
7.      Paripurna ( biasane tutupan (endhing)).
8.      Penutup bagian akhir hang biasane ditutup ambi tabuhan

4.3  Dagelan (Lawakan)
            Ring bagian iki masiyo sing mlebu ring pembabakan naming bagian iki bagian hang paling dienteni penonton. Mergo bagian iki sing perlu sampek nguras pikiran lan perasaan  penontone. Ring bagian iki bagian muyab lan guyonan. Dagelan metu ring antarane Babak Playon II lan Perangan I, merga dagelan milu main dadi sabdo-palon utawa abdine tokoh.

5.      Genjot lan Kubunge Damarwulan
           
            Wujud kesenian iki panggung teater procenium. Beda ambi “Arja” kubung arupa layar hang bisa dibuka lan ditutup. Digulung mendhuwur nganggo kerekan hang ditarik nganggo kapul teka ngisor njero kubungan. Saban-saban setting layar diganti digulung mendhuwur. Biasane layar wis digambar kaya setting ring pembabakan, umpamane gambar keraton, gambar alas-alasan, gambar pinggir gunung, pinggir segara lan liyan-liyane. Layar hang ngarep biasane layar thok sing kathik gambar. Biasane ya mung ana arane grup Damarwulan lan teka daerah endi gediku baen.
            Dekorasi ring ngarep bagian nduwur biasane gambar Buta kala ambi motif kembang sulur-sulur. Ring kiwa tengene gambar sepasang ksatriya lanang lan wadon dienggo bagian tutupan kiwa tengene (sayap/wings). Iki meh podho ambi kubunge Ludruk utawa Kethoprak teka Jawa.
            Genjote Damarwulan wujude  proscenium hang meng setengah arena. Dhuwure kira-kira sakmeter teka lemah, dawane 8 meter werone 6 meter . Gamelane manggon ring ngarepe genjot ring njaba kubung.
6.      Lampu Sorot
                  Ring perkembangane saiki Damarwulan wis maju adoh tinimbang Damarwulan hang sulung-sulung. Utamane ring bab dekorasi lan lampu. Sakat ana listrik lampu wis bisa digawe lampu sorot lan lampu mainan ndadekaken Damarwulan iki tambah apik lan tambah nyenengaken hang nonton. Teknologi dimer pengatur sorote lampu bisa remeng-remeng lan bisa terang uga wis dienggo ring kene.
                  Mesti baen lampu iki bisa dienggo nutupi kekurangane dekorasi ring genjote. Ring ngendi ringawayahe padang byar lan wayakendi wayahe remeng-remeng. Umpamane dienggo gambaraken wayah raina lan dienggo nggambaraken wayah bengi.

7.      Penonton
                        Ring bab kesenian hang arupa drama penonton iku seru pentinge anane. Merga kesenian iki mbutuhaken timbal-balike teka penonton langsung. Beda ambit teater teka negara barat kana. Damarwulan ulih timpalan ambi penonton. Mula iku kadhang bisa ndadekaken lancar lan singe pergelaran. Umpamane, penonton ulih baen surak, nyuraki tokoh hang sing di dhemeni utawa keplok-keplok ngeploki pemain hang di dhemeni. Ring istilahe iki komunikasi ambi penonton.
                        Paran maning ring bagian dagelan, ring kene tambah nyata katone komunikasi iku mau. Penonton nguweni panganan, rokok, lan picis nyang pemain hang wis ngelayani penjalukane, paran iku penjalukan gedhing utawa jugetan.

Paedahe Damarwulan ring Masyarakat
                        Sakbenere ana tah paedahe Damarwulan kanggo masyarakate. Katone Damarwulan sing duwe paedah paran-paran maning sakliyane paedah kanggo hiburan lan seneng-seneng. Iku kadung dideleng sakklerepan baen. Naming kadung dideleng hang temenanan sakjane ya akeh paedahe. Paedahe hang langsung katon lan heng langsung bisa katon iku anatarane:

1.      Corong Kepentingan
            Wis sing bisa ditutupi maning kadung-nyata-nyata Damarwulan bengen-bengene dienggo corong kepentingan-kepentingan. Kepentingane pemerintah hang arep nyuksesaken program-program kemasyarakatan contone. Mulai program Keluarga Berencana, Program Kesehatan sampek-sampek program pemilu, Damarwulan wis tau milu cawe-cawe ring bab komunikasi iki.
            Ring jaman bengene malah-malah dienggo kampanye terselubung partai-partai peserta pemilu. Tapi hang mesti baen Damarwulan duweni kepentingan ring kene yoiku ngelestarikaken seni lan budaya bangsa.

2.      Kanggo Pendidikan
Ring sakjerone lakon-lakone jelas-jelas ngatokaken polah lan tingkah hang bisa ditiru lan sing ulih ditiru ring jerone urip saban dinane. Saumpamane lakon mesti baen menang kadhung ngelawan musuh-musuhe. Hang jahat lan elek mesti kalah lan asor ring mburiane.  Ring lakon-lakon Damarwulan iki arane wekas.
Laku duga antarane wong tuwek lan wong enom (unggah-ungguh monggone jare wong jawa) diduduhaken ring sikap andap asor lan basa hang apik ring jerone lakon. Contone antarane Gusti Pangeran (Status social Tinggi) wong dhuwuran ambi prajurit (status sosial lebih rendah) wong ngisoran netepi polah andap asor hang temenanan.

3.      Hiburan lan Seneng-seneng
Wis jelas katon langsung kadhung Damarwulan mestine dienggo hiburan lan seneng-seneng. Sapa baen hang atine bingung kelayung-layung, aju nonton Damarwulan bisa dadi seneng. Masio ring jaman saiki wis akeh hiburan liyane naming hiburan nonton Damarwulan bisa duwe rasa  hang beda. Iki wis kebukti merga Damarwulan magih anal an tetep didemeni ring masyarakat Banyuwangi sampek saiki iki.
Paedah hiburan lan seneng-seneng iki dudu mung dirasakaken penonton naming uga bisa dirasakaken pemain/wayange, panjak-panjake uga juragan hang duwe grup Damarwulan iku.

4.      Dienggo Nyambung Urip
            Ambekane wong Damarwulanan/Jangeran wis duwe pegawean liya ring saban dianane, naming bisa njanger utawa main ring Damarwulan bisa dienggo nambahi asil. Masio sing akeh ulihe naming keneng dienggo tambahan lan nyambung urip ring jaman iki. Aja dilalekaken uga wong-wong hang dodolan ring pinggir-pinggir lurung kadhung ana Damarwulan/Janger main. Hang gediki ya aja dientengaken. Akeh wong dodol-dodol iku milu nyang endi baen Grup Damarwulan tanggapan. Mergane rejekine ya wis ana ring kana.

5.      Kritik Sosial
            Dagelan ring Damarwulan iku bagian hang paling dienteni penonton. Sing salah kadhung bagian iki penontone uakeh. Dagelan iki bisa kesuwur ngelebihi lakon-lakon hang wis biasa main ring Damarwulan. Mula iku dagelan kadhang bisa mengaruhi tingkah polahe masyarakat urip ring saban dinane.  Sampek-sampek penonton sing kerasa kadhung guyonane dagelan iku sakjane ya kanggo ngajak masyarakat nyang urip hang ngungkuli apik teka sakdurunge nonton dagelan. Dagelan-dagelan hang wis kesuwur saiki kayata Ganjur, Bodhos, Penthul lan Gandhu bisa dadi conto ring penonton. Unen-unene sampek-sampek ditirokaken ring urip saban dina.

Mati-uripe Damarwulan
            Kesenian rakyat kaya Damarwulan iki bisa urip lan mati ring jaman ngarep sakjane ya paran jare masyarakate dhewek. Naming usaha-usaha dienggo njaga keslestariane magih bisa diusahakaken. Sak umpamane hang wis kaya diusahakaken pemerintah daerah Banyuwangi ring jaman-jaman saiki. Masio durung bisa diarani wis akeh naming cukup bisa nggugah maning nyang masyarakat Banyuwangi kanggo dhemen maning nyang kesenian Damarwulan.             Pentas-pentas penting ring Kabupaten kaya ring Hari Jadi Kota Banyuwangi lan agenda pentas Malam Mingguan ring Taman Blambangan sithik akeh iku ngupayakaken kelestariane Damarwulan iki.
            Bantuan dana teka pemerintah daerah nyang grup-grup Damarwulan masio sing akeh sak using-usinge bisa ndadekaken kesenian iki duwe semangat urip maning. Sakjane ya hang dikarepaken bisa’a bantuan iku rata ring kabeh grup-grup Damarwulan hang ana ring Banyuwangi iki. Sing melulu Grup-grup hang bisa gawe proposal baen.

Rujukan:
BS Noerdian, Kesenian Jinggoan, ---------makalah Sarasehan lan pelatiahn
Drs. Dasuki noer, Damarwulan, -----------makalah Upaya Pelestarian lan      Pengembangan Teater Rakyat
Hari Wijaya, Kesenian Jinggoan,------------makalah Uapaya pelestarian lan   promosi seni budaya tardisional using